SAMPEL HASILKARYA PESERTA WORKSHOP PENGEMBANGAN KARIR PTK DIKDAS
MGMP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu setiap proses pendidikan
akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah
elemen penting untuk mengembangkan dan
mengubah masyarakat. Dalam upaya itu setiap proses pendidikan membutuhkan
seperangkat metode tertentu sehingga transformasi pengetahuan, ketrampilan dan
perilaku yang diberikan dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan.
Sekolah sebagai salah
satu lembaga formal pendidikan dikatakan berhasil apabila prestasi belajar anak
didik menunjukkan peningkatan. Keberhasilan ini sangat ditentukan oleh berbagai
faktor yang dapat dibedakan secara
garis besar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
eksternal adalah faktor di luar kondisi pribadi anak didik seperti kondisi dan
sistem sekolah, kenyamanan sekolah, peranan orang tua serta kepedulian
masyarakat. Faktor internal adalah segala hal yang berkaitan dengan diri siswa
antara lain tingkat kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan aspek kejiwaan
peserta didik.
Suryabrata dalam Siti
Zubaedah (Dir. PLP 2004 :210) mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang
sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam
diri seseorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam
mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi motivasi
dalam hal ini merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi
akan menjadi pendorong yang menyebabkan terjadinya energi yang ada pada setiap
individu sehingga terkait dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi
untuk bertindak mewujudkan tujuan tertentu. Pencapaian tujuan, cita-cita dan
kejiwaan menjadi lebih mudah dengan adanya dorongan dari motivasi ini.
Kurangnya motivasi
belajar siswa telah lama menjadi suatu permasalahan para guru di SMP Negeri 34 Purworejo. Pada pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan banyak siswa yang menampakkan sikap kurang bersemangat, dan
kurang siap dalam menerima pelajaran. Ketidaksiapan siswa tersebut berpengaruh
dalam proses belajar mengajar, karena mengakibatkan suasana kelas menjadi
kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa tidak terjadi.
Siswa cenderung pasif, hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru.
Kemungkinan penyebab
rendahnya motivasi belajar siswa ini banyak sekali, diantaranya adalah strategi
pembelajaran guru yang kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar
mengajar. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan siswa hanya menghapal
materi pelajaran dari buku. Salah satu strategi pembelajaran yang banyak
melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah menggunakan tutor sebaya. Tutor sebaya dalam penelitian ini adalah salah satu model
pembelajaran di mana materi pelajaran diberikan oleh sesama siswa dalam kelas
yang sederajat.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah dengan strategi pembelajaran tutor
sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
2. Apakah
dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat motivasi dan
prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan
siswa kelas VIII F SMP Negeri 34 Purworejo melalui tutor sebaya.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sikap kerja sama dalam belajar ,
meningkatkan motivasi belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2.
Bagi guru
Melalui penelitian ini
diharapkan guru memiliki kreatifitas dalam mencari strategi pembelajaran untuk
meningkatkan prestasi siswa. Model pembelajaran tutor sebaya merupakan salah
satu alternatif strategi pembelajaran untuk membantu siswa meningkatkan
motivasi belajar.
3.
Bagi sekolah
Penelitian ini
diharapkan mampu mengembangkan iklim akademik professional di sekolah, dan
meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu faktor yang
menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan merupakan kunci utama dalam
proses pembelajaran. Motivasi membuat seorang siswa mau menikmati dan menghargai
segala aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
Mc. menegaskan bahwa motivasi adalah unsur penentu
yang mempengaruhi perilaku dalam individu, merupakan daya penggerak aktif yang
terjadi pada masa tertentu dengan tujuan tertentu (Depdiknas, Pusat Perbukuan
Vol 10 tahun 2004). Agar anak didik dapat meraih prestasi puncak dalam belajar,
guru dapat membangkitkan dan memberi motivasi yang memusatkan pada kebutuhan
aktualisasi diri dengan mendorong siswa berprestasi. Perlu juga ditanamkan kondisi
kompetitif yang sehat bagi anak didik.
Ada
empat kategori motivasi belajar siswa : pertama, achiver, yaitu siswa
yang lebih berorientasi pada keinginan untuk unggul dan dalam persaingan yang
kompetitif. Kedua, sociable, yaitu siswa yang memiliki hasrat
kebersamaan bersifat kooperatif nonkompetitif, dan suka melihat keberhasilan
bersama. Ketiga, conscientious, yaitu siswa yang hanya melakukan
kegiatan jika mendapatkan petunjuk yang jelas dan terikat pada peraturan. Keempat,
curious, yaitu siswa yang mempunyai sifat ingin selalu tahu, tidak suka
kemapanan dan mendambakan perkembangan. (Waldi, S.Pd. Majalah Gerbang, Edisi 11
tahun 2005: 39).
Seorang siswa bisa saja memiliki dua tipe motivasi
belajar, karena keempat tipe di atas bisa digambarkan seperti grafik kartesius
, dan masing-masing sifat menempati sisi
sumbu baik positif maupun negatif. Hal ini merupakan tanggung jawab guru untuk
menyiapkan alternatif strategi pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa.
Beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi dapat dikenali selama
mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Brown (1971) mengemukakan ada
delapan ciri , yaitu :
1. Tertarik pada guru artinya tidak bersikap acuh tak acuh.
2. Tertarik
pada mata pelajaran yang diajarkan.
3. Antusias tinggi serta mengendalikan perhatian
dan energinya pada kegiatan belajar.
4. Ingin selalu tergabung dalam suatu kelompok
kelas
5. ingin identitasnya diakui orang lain.
6. Tindakan
dan kebiasaannya, serta moral nya selalu dalam kontrol diri.
7. Selalu
mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah.
8. Selalu
terkontrol oleh lingkungan
(Dir.
PLP, 2004 : 47)
Untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam penelitian ini penulis menawarkan alternatif
pemecahan melalui strategi pembelajaran dengan tutor sebaya. Melalui model
pembelajaran tutor sebaya siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang anggotanya
heterogen, siswa berdiskusi, yang pandai mengajari yang kurang pandai, yang
sudah tahu memberi tahu yang belum tahu.
B. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2006 memiliki
visi, misi, tujuan dan struktur keilmuan mata pelajaran. Visi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya sustu mata pelajaran yang
berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character
building) dan pemberdayaan warga negara.
Sedangkan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang sanggup melaksanakan
hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara dilandasi oleh kesadaran
politik, hukum, dan kesadaran moral.
Tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut :
1. Memiliki kemampuan berfikir secara rasional,
kritis, dan kreatif sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan
2. Memiliki ketrampilan intelektual dan
ketrampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab.
3. Memiliki watak dan kepribadian yang baik
sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
Struktur
keilmuan mata pelajaran pada umumnya mencakup dimensi pengetahuan (knowledge),
ketrampilan (skills), dan nilai (values). Sejalan dengan hal
tersebut telah berkembang wacana tentang pendidikan kewarganegaraan paradigma
baru yang menyatakan bahwa struktur keilmuan mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mengakup dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), ketrampilan kewarganegaran (civic skills), dan watak
atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions).
Secara
garis besar, dimensi pengetahuan kewarganegaraan yang tercakup dalam pendidikan
kewarganegaraan meliputi politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan bidang kajian antardisiplin. Ketrampilan
kewarganegaraan meliputi ketrampilan inyelektual (intellectual skills)
dan ketrampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sedangkan watak atau karakter kewarganegaraan
sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi watak/karakter kewarganegaraan
dapat dipandang sebagai muara dari kedua dimensi sebelumnya.
Dengan
melihat visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditandai dengan
pemberian penekananan pada dimensi watak,
sikap dan hal-hal lain yang bersifat afektif. Jadi pertama-tama seorang
warganegara perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang
kewarganegaraan,terutama pengetahuan di bidang hukum, politik dan moral dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warganegara diharapkan
memiliki ketrampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengetahuan dan ketrampilannya itu akan
membentuk suatu watak (karakter) yang mapan, sehingga menjadi sikap dan kebiasaan sehari-hari. Adapun struktur
keilmuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP dapat dilihat pada table
sebagai berikutn :
Tabel
1
Struktur Keilmuan
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaran
no
|
Dimensi
|
Bidang Kajian
|
1
|
Politik
|
1. Manusia
sebagai zoon politikon (makhluk sosial)
2. Proses
terbentuknya masyarakat politik
3. Proses
terbentuknya bangsa
4. Asal usul negara
5. Unsur-unsur negara,tujuan negara, dan bentuk negara
6. Kewarganegaraan
7. Lembaga politik
8. Model-model sistem politik
9. Lembaga-lembaga tinggi dan
lembaga terteinggi negara
10.Demokrasi Pancasila
11.Indonesia dan hubungan
internasional
|
2
|
Hukum
|
1. Rule of Law (negara hukum)
2. Konstitusi
3. Sistem
hukum
4. Sumber
hukum
5. Subyek
hukum,obyek hukum,peristiwa hukum dan sanksi hukum
6. Pembidangan
hukum
7. Proses
hukum
8. Peradilan
|
3
|
Moral
|
1. Pengertian nilai,norma dan moral
2. Hubungan antara nilai, norma dan moral
3. Sumber-sumber ajaran moral
4. Norma-norma dalam masyarakat
5. Implementasi nilai-nilai moral Pancasila
|
4
|
Ketrampilan dan watak kewarganegaraan
|
1. Pengembangan ketrampilan intelektual
2. Pengembangan ketrampilan posisi diri
3. Pengembangan ketrampilan partisipasi
4. Pengembangan watak kewarganegaraan
|
Sumber : Pedoman khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMP Mata
Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Direktorat PLP.2004:7)
C. Tutor
Sebaya
Tutor sebaya merupakan pelaksanaan salah satu dari
konsep masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran
yang diperoleh merupakan kerjasama dengan orang lain. (Dir. PLP, 2004:13).
Model pembelajaran dengan konsep masyarakat belajar prakteknya terwujud dalam bentuk
:
1. Pembentukan kelompok kecil.
2. Pembentukan kelompok besar.
3.
Mendatangkan ahli ke dalam kelas.
4. Bekerja dengan kelas
sederajat.
5. Bekerja dengan kelas di
atasnya.
6. Bekerja dengan
masyarakat.
(Dir. PLP, 2004 :
14)
Masyarakat
belajar merupakan salah satu dari tujuh
komponen Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsepsi
pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi
dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya
dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Dir. PLP,
2004 : 6)
Persahabatan merupakan ciri khas interaksi antar
remaja dalam kelompok. Menurut Andi Mappiare (2003) kelompok remaja dapat
dikelompokkan menjadi : (a) kelompok “Chums” (sahabat karib), merupakan ikatan
persahabatan yang sangat kuat. Biasanya beranggotakan 2-3 orang yang mempunyai
kemauan sama, (b) kelompok “Clique” (komplotan sahabat), kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 orang
yang biasanya terjadi penggabungan dengan kelompok chums, (c) kelompok “Crowds”
(kelompok banyak remaja), biasanya lebih besar dibandingkan kelompok glique.
Karena besarnya anggota biasanya ikatan emosionalanya lebih renggang, (d)
kelompok yang diorganisir, kelompok ini sengaja dibentuk dan diorganisir oleh
orang dewasa dengan tujuan tertentu, (e) kelompok “gangs” biaasanya kelompok
ini terdiri dari pelarian para remaja yang tidak diterima dalam keempat
kelompok tersebut di atas.
Bagi remaja yang bersekolah seperti siswa SMP, kelompok-kelompok
tersebut pasti terjadi dan dimasuki setiap siswa. Mereka banyak yang sadar
bahwa dirinya dituntut untuk menyesuaikan diri dalam kelompok, walau untuk
beberapa saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan kelompoknya.
Beberapa unsure yang menjadi standart pemeilihan adalah pola tingkah laku,
minat/kesenangan, ciri
fisik, kepribadian serta nilai-nilai
tertentu yang dianut.
Pada kelompok teman sebaya terdapat pengaruh yang
sangat kuat dan untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip hidup bersama
dan bekerja sama. Dalam jalinan yang
kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai, simbol. Dalam masa ini tidak menutup
kemungkinan terjadi pertentangan nilai antara nilai dan norma kelompok dengan
nilai dan norma orang tua (keluarga). Dalam hal ini nilai dan norma kelompok
akan lebih dominan dibandingkan dengan nilai dan norma orang tua (keluarga).
Dalam
pendekatan yang lebih demokratis ketika fungsi sumber belajar lain
dioptimalkan, peran pendidikan sebaya menjadi semakin penting. Apabila dilihat
dari sisi psikososiologis, remaja memang sedang menjauhi otoritas guru(orang
tua) dan mereka lebih dekat dengan teman sebaya. Beberapa argumen yang dapat
disebut sebagai penyebab maraknya pendidikan sebaya antara lain : (a) teman
sebaya merupakan informasi terpercaya bagi remaja, (b) menyangkut sensifitas
topik ketika menghadapi masalah-masalah yang sensitive, yang sangat melibatkan
nilai dan pribadi pendekatan inovatif lebih sesuai dibandingkan dengan
pendekatan tradisional sehingga lebih sensitif diberikan sebayanya, (c) alasan anggaran,
keterbatasan anggaran turut mengilhami banyak lembaga untuk melibatkan siswanya
sebagai tutor sebaya, Khoirudin (2001).
Tutor
sebaya dapat difungsikan sebagai sebagai kegiatan pengoptimalan potensi remaja
atau siswa agar dapat menggunakan waktu belajarnya secara efektif. Kenyataan di
lapangan, para siswa SMP masih banyak yang segan dan malu untuk datang dan
bertanya pada guru mata pelajaran. Dengan adanya tutor sebaya hal itu dapat
diatasi karena mereka lebih percaya dan lebih dekat kepada teman sendiri.
Fungsi
tutor sebaya di sini adalah ; (a) sebagai sahabat yang bersedia mendengarkan ,
memahami, serta membantu memecahkan masalah teman sebaya dalam belajar, (b)
sebagai fasilitator yang bersedia membantu seorang pribadi untuk tumbuh
berkembang bersama kelompoknya, (c) sebagi pemimpin yang menjadi penggerak
perubahan tingkah laku kelompoknya.
Agar
kegiatan tutor sebaya dapat berjalan dengan baik maka perlu memperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
(1)
Setiap pihak yang terkena dampak program tutor sebaya hendaknya dilibatkan dalam perencanaan tutor sebaya.
(2) Perlu adanya program tutor sebaya yang
dirancang secara khusus.
(3) Tutor sebaya hendaknya siswa-siswa yang
mempunyai kelebihan dibandingkan teman-temannya baik di bidang prestai
akademik, non akademik , kedisiplinan maupun kepedulian sosial.
(4) Evaluasi dan penilaian mesti dilakukan sebagai
bagian dari proses belajar mengajar.
D. Hubungan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode Tutor Sebaya
Strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan
suatu rangkaian yang penting dalam pendekatan sistem pembelajaran. Rasionalnya
karena strstegi pembelajaran berhubungan alngsung dengan pemilihan kegiatan
yang dipandang efektif dan efisien dalam memberikaqn pengalaman belajar siswa
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual,
efektif, efisien dan bermakna.
Proses
pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologi peserta didik. Di samping itu guru Pendidikan Kewarganegaraan
perlu memberikan keteladanan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Agar
proses pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan bermakna dan berkualitas perlu
digunakan metode dan pendekatan yang bervariasi. Metode adalah cara penyampaian
materi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga tercapai
tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi masing-masing. Dalam
pemilihan metode, sangat diharapkan keterlibatan siswa secara aktif yang
tinggi.
Metode
tutor sebaya merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut keaktivan
siswa dalam belajar. Metode ini termasuk salah satu metode pembelajaran yang
bersifat partisipatif, yakni metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai
subyek dan memfasilitasi siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif secara mental,
fisik, dan sosial baik selama proses belajar tatap muka berlangsung maupun
kegiatan penugasan di luar kelas.
Sesuai
dengan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan maka metode
tutor sebaya di samping berfungsi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran tetapi juga untuk melatih dan membentuk watak atau sifat siswa
untuk saling membantu, kerja sama, tenggang rasa. Dengan demikian diharapkan
bukan hanya dimensi pengetahuan saja yang berkembang tetapi juga dimensi
ketrampilan dan juga dimensi sikap siswa.
E. Penelitian yang Relevan
Satu
telaah di Standford University menemukan bahwa bimbingan belajar oleh kawan
sendiri itu empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang
matematika dan membaca dibandingkan jika jumlah murid dalam kelas dikurangi
atau waktu pengajaran diperpanjang dan jauh lebih efektif dibandingkan
instruksi individual dengan komputer.
Melalui
tutor sebaya belajar ini diharapkan juga tumbuh suasana demokratis, saling
menghargai, toleransi dan juga semangat kebersamaan untuk memecahkan masalah.
F. Kerangka Berpikir
Konsep masyarakat
belajar menekankan pentingnya kerja sama dalam belajar. Dalam proses belajar
mengajar terjadi interaksi yang aktif antara siswa dengan guru juga antara
siswa dengan siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok. Antara siswa dapat
saling bertanya, berdiskusi, untuk memecahkan suatu masalah. Siswa dapat saling
menularkan pengetahuan yang dimilikinya kepada teman-temannya. Bagi siswa yang
tidak tahu akan termotivasi untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu
tanpa beban takut dan rasa malu . Bagi siswa yang pandai dirinya merasa
dihargai karena dapat membimbing teman-temannya untuk belajar. Dengan demikian
suasana kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan.
Melalui strategi pembelajaran tutor sebaya
siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena :
1. Siswa akan lebih
mudah memahami suatu materi pelajaran jika suasana tidak menegangkan.
2. Siswa dapat mengembangkan kemampuan secara
optimal jika terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
3. Dengan tutor sebaya siswa dapat berkomunikasi
lebih interaktif.
4. Tutor sebaya akan lebih memahami kesulitan
yang dialami temannya.
Motivasi belajar
akan mempengaruhi dan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Proses belajar siswa akan menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi, bukan
hanya merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Belajar akan menjadi
aktivitas yang menyenangkan. Untuk menggambarkan hubungan antara metode tutor
sebaya, motivasi belajar dan prestasi belajar dalam penelitian ini dapat kami
gambarkan pada skema di bawah ini :
|
|
Gambar 1
Hubungan Antara Metode Tutor Sebaya, Motivasi Belajar dan Prestasi
Belajar Siswa
Keterangan : a.Siklus I. Menggunakan tutor sebaya pilihan siswa sendiri
b.Siklus II. Menggunakan tutor sebaya siswa yang
memiliki prestasi dan disiplin lebih daripada teman satu kelompoknya.
G. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka
berpikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah :
1. Dengan strategi pembelajaran tutor sebaya,
maka motivasi belajar siswa kelas VIIIF
SMP Negeri 34 Purworejo dapat
ditingkatkan.
2. Dengan strategi pembelajaran tutor sebaya,
maka prestasi belajar siswa kelas VIIIF
SMP Negeri 34 Purworejo dapat
ditingkatkan.
2. Dengan
strategi pembelajaran tutor sebaya, maka kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIF SMP Negeri 34 Purworejo dapat ditingkatkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Tempat :
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 34 Purworejo.
2.
Waktu : Pada tanggal 17 Juli sampai
dengan 2 September 2012.
B. Subyek Penelitian
Siswa
kelas VIII F , dengan jumlah siswa …
orang, terdiri dari …. laki-laki dan …. perempuan.
C. Sumber Data
Semua
unsur yang ada di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, pegawai
administrasi, karyawan, dan pesuruh sekolah.
D. Teknik dan Alat Pengumpul Data
1.
Teknik pengumpul data menggunakan teknik
observasi partisipatif.
2.
Alat pengumpul data berupa tes, lembar
pengamatan dan angket.
E. Validasi Data
1. Untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa digunakan lembar
pengamatan yang berfungsi mengamati kegiatan siswa selama proses belajar
mengajar berlangsung. Juga digunakan angket yang harus diisi dan dijawab siswa,
isinya mengenai kriteria siswa yang telah meningkat tingkat motivasi belajarnya.
2. Untuk mengukur tingkat prestasi siswa digunakan analisis daya
serap terhadap tes yang diberikan.
F. Analisis
Data
Menggunakan
teknik analisis kualitatif. Data yang diperoleh baik lewat angket maupun tes
dianalisa dengan teknik :
1. Untuk tingkat motivasi siswa dilakukan menggunakan skala Likert
dengan lima kategori yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak
pernah. Dengan 12 item angket motivasi maka didapatkan skor maksimal 60 dan
skor minimal 12.Pengelompokan dilakukan dengan cara hasil maksimal dikurangi
hasil minimal dibagi lima, hasilnya digunakan sebagai batas interval. Akhirnya
didapatkan pengelompokan sebagai berikut :
a.
52 – 60 : berminat
sekali
b.
42 – 51 : berminat
c.
32 - 41 :
cukup berminat
d.
22 – 31 : kurang berminat
e.
12 – 21 : kurang berminat sekali
2. Untuk tingkat prestai siswa digunakan analisa
daya serap hasil ulangan siswa.
G. Indikator
Kinerja
Indikator
keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila tingkat motivasi belajar
siswa untuk yang berminat sekali dan berminat mencapai persentase 85 %,
sedangkan untuk prestasi belajar siswa mencapai daya serap 70 %.
H. Prosedur
Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan
sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Langkah-langkah dalam penelitian
ini adalah :
1. Perencanaan.
a. Membuat rencana skenario pembelajaran dengan
menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya.
b. Membuat lembar observasi untuk mengamati
bagaimana kondisi pembelajaran dengan tutor sebaya.
c. Membuat soal tes untuk tes awal dan akhir.
d. Membuat angket.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran tutor sebaya.
b. Melaksanakan tes awal.
3. Pengamatan
Melakukan tindakan pengamatan dengan menggunakan
lembar observasi terhadap aktivitas
belajar siswa, aktivitas tutor sebaya, pemberian angket dan melaksanakan tes
akhir.
4. Refleksi
Hasil
yang didapatkan tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa. Berdasarkan analisa
ini, maka dapat diketahui tingkat motivasi dan prestasi siswa. Hasil analisa
ini juga akan menjadi acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan dan
instropeksi penulis, motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas VIIIF tahun
pelajaran 2012/2013 masih kurang. . Hal ini dapat dilihat dan
dirasakan pada waktu proses belajar mengajar. Siswa kurang ada kemauan untuk
bertanya, sebaliknya jika diberi pertanyaan siswa tidak dapat menjawab. Jika
diberi pekerjaan rumah banyak siswa yang tidak mengerjakan, banyak siswa yang
acuh tak acuh ketika guru mengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Salah
satu faktor kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan adalah kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode
pembelajaran. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah . Memang
dengan metode ceramah proses pembelajaran menjadi cepat, murah juga mudah bagi
guru. Namun pembelajaran hanya berlangsung dalam satu arah, guru berceramah
siswa mendengarkan. Siswa menjadi jemu dan motivasi siswa untuk belajar menjadi
berkurang.
Untuk
mengetahui kondisi awal motivasi dan prestasi belajar PKn dilakukan pre test
dan angket motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil angket motivasi belajar
diketahui bahwa dari 39 siswa kelas VIIIF dapat dikelompokkan menjadi : (a) 12
orang siswa berminat sekali (30,77%), (b) 15 orang siswa berminat (38,46 %),
(c) 6 orang cukup berminat, (15,38 %) ,
(d) 6 orang kurang berminat (15,38 %), (e) 0 orang kurang berminat sekali (0 %)
terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaan. Sedangkan untuk pre test
hasil rata-rata nilai siswa hanya mencapai 5,74.
Dari
hasil angket dapat diketahui bahwa motivasi dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah.
Untuk itu penulis mencoba mengatasi masalah itu dengan menggunakan metode tutor
sebaya. Metode tutor sebaya yang penulis lakukan adalah dengan cara kelas
dibagi menjadi kelompok-kelompok kemudian setiap kelompok ditunjuk siswa untuk
menjadi tutor sebaya.
B. Deskripsi
Siklus I
1.
Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode tutor sebaya memang agak berbeda dengan metode belajar
lainnya. Perencanaan yang kami lakukan pada siklus I ini adalah:
a)
Melakukan obeservasi dasar.
Observasi
dasar dilakukan kepada siswa kelas VIIIF dalam kondisi siswa mengikuti
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan selama satu kali pertemuan
yaitu minggu ketiga bulan Juli 2006. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam
pelajaran ( 2 X 40 menit). Tujuan observasi dasar adalah untuk mengetahui
seberapa besar motivasi siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan, mengetahui bagaimana pengaruh metode tutor sebaya terhadap
motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk
menentukan apakah dengan metode tutor sebaya siswa dapat meningkat prestasi belajarnya.
b) Memilih tutor sebaya
Sebelum
melaksanakan metode tutor sebaya maka guru perlu memilih tutor sebaya yang
berasal dari kelas itu sendiri. Pada siklus I ini yang menjadi tutor sebaya
dipilih sendiri oleh siswa setelah sebelumnya mendapatkan pengarahan dari guru
mata pelajaran. Dalam pemilihan tutor sebaya setidaknya ada beberapa kemampuan
yang harus dikuasai oleh tutor sebaya antara lain , Pertama, kemampuan
untuk menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh kepada siswa lainnya yang
mempunyai masalah dengan materi pelajaran, Kedua kemampuan menjelaskan masalah yang
dihadapi temannya sekaligus mencari pemecahan masalahnya, ketiga
kemampuan bertanya yang tidak berkesan instruksi, agar siswa lain merasa
dihargai, keempat kemampuan untuk mencari berbagai alternatif untuk
memecahkan masalah, kelima kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan teman
sebaya maupun dengan guru mata pelajaran.
c) Latihan melaksanakan tindakan
Dalam
latihan pelaksanaan tindakan ini sebagi pelaksananya adalah guru dengan
menggunakan sistem klasikal. Materi pelatihan berupa pelaksanaan metode tutor
sebaya yang telah disiapkan oleh guru. Tujuan pelatihan ini adalah untuk
mengetahui bagaimana kesiapan guru dan siswa untuk menerapkan metode ini dengan
benar.
2. Melaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini, sebagai
pelaksananya adalah guru. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan
sistem klasikal. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
metode tutor sebaya mampu meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
Siklus pertama dilakukan
selama 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran), materi yang diajarkan yaitu Standar
Kompetensi “ Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila”
dengan kompetensi dasar yaitu (1) Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, (2) Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara
dan ideologi negara, (3) Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pada waktu
pelaksanaan tindakan ini, guru sekaligus melakukan observasi dengan tujuan (1)
mengamati kondisi dan reaksi siswa terhadap metode tutor sebaya, (2) mengetahui
seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
(3) mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa.
Satu minggu
sebelum masuk pada materi pelajaran yang akan diajarkan guru telah menugaskan
dua hal : (1) membaca materi pelajaran yang akan diajarkan, (2) membagi siswa
menjadi beberapa kelompok belajar. Tiap kelompok ada ketuanya sekaligus sebagai
tutor sebaya, sekretaris yang bertugas untuk menyampaikan pelaporan , dan
anggota.
Nilai yang
diperoleh dari penelitian tindakan siklus pertama adalah nilai tugas tiap
pertemuan (masing-masing siklus 2 kali penilaian) dan nilai
akhir tiap siklus (satu kali penilaian). Sehingga masing-masing siklus
mendapatkan tiga kali penilaian. Jadi selama tiga kali siklus penelitian guru
memperoleh 9 nilai dengan perincian 6 kali nilai harian (tiap tatap muka) dan 3
kali nilai evaluasi siklus.
Dari nilai
tiap-tiap akhir siklus itulah dilihat kenaikannya. Apakah nilai siklus kedua
lebih baik daripada siklus pertama. Nilai siklus ketiga dibandingkan juga
dengan nilai pada siklus kedua, sehingga tampak perubahannya apakah naik atau
menurun.
a) Materi Pelajaran yang diajarkan pada siklus I
Setiap
pertemuan, sebelum menyampaikan materi
pelajaran guru memberi apersepsi berupa pertanyaan maupun cerita tentang materi
yang lalu untuk mengingat, dan materi yang akan diberikan untuk mengetahui
kesiapan siswa.
1) Perlunya Ideologi bagi Suatu
Bangsa (pertemuan pertama)
Menurut
Ensiklopedia Wikipedia ideologi adalah sekumpulan gagasan. De Tracy mengartikan
ideologi sebagai ilmu tentang gagasan-gagasan yang mampu menunjukkan jalan yang
benar menuju masa depan. Dari pengertian tersebut kemudian ideologi diartikan
sebagai sekumpulan gagasan atau pandangan hidup mengenai bagaimana sebuah
masyarakat diatur atau ditata demi mencapai tujuannya. Unsur-unsur pengertian
ideologi adalah :
(a) Adanya
sekumpulan gagasan
(b) Gagasan
itu tersusun secara sistematis
(c) Gagasan
itu diyakini kebenarannya
(d)
Diwujudkan di dalam kehidupan nyata
Ideologi-Ideologi yang
berkembang di dunia antara lain :
(a) Anarkisme, adalah pandangan atau gagasan yang melihat masyarakat
bisa dan sudah seharusnya diubah tanpa aturan-aturan.
(b) Sosialisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama
atas alat-alat produksi (tanah, tenaga kerja, modal).
(c) Kapitalisme adalah suatu sistem yang mengatur proses produksi
barang dan jasa. Tiga ciri pokok kapitalisme yaitu (a)sebagian besar kekayaan
dimiliki oleh individu, (b) Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas yang
penuh persaingan, (c) modal (baik uang maupun berbagai bentuk kekayaan lain)
diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
(d) Liberalisme Klasik adalah sustu paham yang ingin membatasi kekuasaan
politik dan menjunjung tinggi hak-hak individu.
(e) Liberalisme adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa keberadaan
individu mendahului masyarakat, karena itu negara atau masyarakat harus
menjamin bahwa individu bebas mengejar tujuan-tujuan pribadinya.
(f) Demokrasi Sosial adalah paham yang berkeyakinan bahwa peralihan
menuju masyarakat sosialis dilakukan melalui cara-cara yang demokratis dan
setahap demi setahap, bukan dengan cara revolusi.
Setiap bangsa yang
ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke mana arah tujuan yang ingin
dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup atau ideologi. Ideologi berfungsi
untuk memberikan pedoman dan arah bagi suatu bangsa dalam mengejar
tujuan-tujuannya. Ideologi merasuki berbagai aspek kehidupan bangsa baik
politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.
2) Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi bangsa Indonesia.(pertemuan
kedua)
a) Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya
Pancasila dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai
kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin dalam masyarakat yang
beraneka ragam sifatnya.
b) Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila merupakan sumber
dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia.
c) Pancasila sebagai kepribadian bangsa artinya Pancasila memberi
corak yang khas kepada bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa yang lain. Pancasila dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan rakyat kita,
sejak zaman nenek moyang hingga sekarang ini, adalah sesuatu yang menyebabkan
bangsa kita berbeda dengan bangsa lain.
d) Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, artinya
Pancasila telah disepakati oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan
sesudah proklamasi kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena
ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia
yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila telah
mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
3) Pancasila sebagai Ideologi nasional (pertemuan ketiga)
Pancasila
sebagai ideologi nasional artinya Pancasila menyediakan seperangkat gagasan,
prinsip, doktrin, ide teantang cita-cita bangsa yang mau dicapai dan cara
mencapainya. Sebagai ideologi nasional Pancasila memiliki dimensi idealisme nasional
yakni suatu hal yang harus dituju dalam kehidupan rakyat/bangsa Indonesia.
Dengan demikian sebagai idealisme nasional
Pancasila berfungsi sebagai pendidik dan penuntun arah menuju
terbentuknya manusia-manusia Indonesia yang Pancasilais, yaitu manusia-manusia
yang dihayati oleh Pancasila, dijiwai oleh Pancasila dan bermoral Pancasila.
Suatu
bangsa memerlukan ideologi tidak hanya untuk menghadapi tantangan dan
perkembangan dalam negeri, juga untuk menghadapi tantangan dan perkembangan
global. Untuk itu setiap ideologi harus memiliki tiga dimensi yaitu : (1)
Dimensi realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di dalam masyarakat, (2) dimensi
idealisme yaitu dalam suatu ideologi perlu terkandung suatu cita-cita yang
hendak dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (3)
dimensi fleksibilitas artinya sewaktu-waktu suatu ideologi diubah dan
diperbarui, yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran baru tentang ideologi
tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung di dalamnya.
b) Evaluasi Putaran Pertama
Untuk
mengukur keberhasilan penguasaan materi pada siklus pertama digunakan alat ukur
sebagai berikut. Soal evaluasi putaran pertama dapat dilihat pada lampiran
.
3. Melakukan Evaluasi dan Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode tutor sebaya.
Pengamatan meliputi motivasi siswa dan pemeran tutor sebaya dengan menggunakan
lembar pengamatan dan juga angket yang harus diisi oleh siswa. Tujuan
pengamatan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui perubahan baik motivasi
maupun prestasi siswa setelah digunakannya metode tutor sebaya.
Berdasarkan
pengamatan yang penulis lakukan pada siklus I, terdapat perubahan yaitu
motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan sebelum dilakukan
penelitian. Hal ini bisa dilihat dari keaktifan siswa untuk membahas materi
pelajaran dalam kelompoknya yang dipimpin oleh tutor sebaya. Demikian pula
kemampuan dan kemauan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengajukan
pertanyaan. Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi untuk motivasi belajar dan
prestasi siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2.
Tingkat Motivasi siswa pada siklus I
No
|
Tingkat Motivasi
|
Jumlah
|
Persentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Berminat
sekali
Berminat
Cukup
Berminat
Kurang
Berminat
Kurang
Berminat Sekali
|
15
20
4
-
-
|
38,46 %
51,28 %
10,26 %
0 %
0 %
|
Jumlah
|
39
|
100 %
|
Sedangkan nilai rata-rata
evaluasi pada siklus I adalah 69,87.
Persentase hasil prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3
Persentase prestasi siswa pada siklus I
No
|
Nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
91 - 100
81 – 90
71 – 80
61 – 70
Kurang dari 61
|
-
4
8
25
2
|
0 %
10,26 %
20,51 %
64,10 %
5,13 %
|
Jumlah
|
39
|
100 %
|
Untuk lebih
memberikan gambaran kondisi siswa mengikuti proses pembelajaran pada siklus I
dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :
Tabel
4
Persentase
Kecenderungan Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya siklus I
No
|
Aspek
|
Indikator
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Minat
|
Lebih
berminat
Biasa
Tidak
berminat
|
35
4
-
|
89,74 %
10,26 %
|
2
|
Materi
|
Materi lebih
mudah diingat
Tidak
Mempengaruhi materi
Materi
menjadi membingungkan
|
25
14
0
|
64,10 %
35,90 %
0 %
|
3
|
Keaktifan
siswa dalam diskusi
|
Sangat aktif
Biasa-biasa
saja
Nampak pasif
menunggu perintah
|
20
10
9
|
51,28 %
25,64 %
23,08
|
4. Melakukan Refleksi
Refleksi
pada siklus I ini adalah hasil tanggapan
dan pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar yang menggunakan
metode tutor sebaya. Penulis sangat memerlukan hal ini untuk perbaikan tindakan
selanjutnya. Pada bagian ini yang dikemukakan adalah seberapa hasil perubahan
yang telah diperoleh baik bagi siswa maupun pemeran tutor sebaya.
Pada akhir
siklus I siswa diminta memberi komentar tentang pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan menggunakan metode tutor sebaya. Dari komentar siswa dapat
diketahui bahwa sebagaian besar siswa merasa senang dengan metode tutor sebaya
dengan alasan :
a) Menambah motivasi belajar.
b). Dapat saling tukar pengetahuan dan pengalaman
belajar dengan teman yang lain.
c) Dapat menambah kerja sama dan sling menolong
dengan teman lain.
d) Menambah keakraban dan saling pengertian
dengan siswa lain.
e) Menimbulkan rasa percaya diri dan persaingan
sehat dalam belajar.
f) memacu semangat belajar mandiri
g) Suasana belajar lebih menyenangkan.
Meskipun
demikian ada beberapa siswa yang menyatakan tidak senang dengan alasan :
a) Ada anggota kelompok yang tidak belajar
dengan serius, hanya bermain-main dengan temannya.
b) Ada beban tanggung jawab yang lebih berat
pada individu sedangkan yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan lebih.
c) Ada anggota yang hanya mementingkan dirinya
sendiri.
d) Ada ketua kelompok yang kurang cerdas dan
tidak bertanggung jawab kepada kelompoknya.
Sedang
untuk tutor sebaya, siswa memberi
komentar syarat-syarat untuk menjadi tutor sebaya adalah sebagai berikut :
a) Mempunyai kemampuan lebih dalam menguasai
materi pelajaran dibandingkan teman lainnya.
b) Bertanggung jawab terhadap tugas yang
diberikan.
c) Bersifat demokratis
d) Kreatif
e) Mempunyai jiwa kepemimpinan.
Permasalahan yang muncul karena adanya beberapa siswa yang
tidak senang dan kurang berminat dengan
metode tutor sebaya, kemudian dicari alternatif pemecahan. Alternatif itu
kemudian dipakai untuk persiapan siklus II.
C. Deskripsi Siklus II
1.
Perencanaan Tindakan
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar
menggunakan metode tutor sebaya pada siklus kedua ini hampir sama dengan siklus
pertama hanya saja untuk tutor sebayanya diubah dengan menggunakan siswa yang
mempunyai prestasi lebih baik daripada teman-temannya berdasarkan nilai dari
ulangan yang dilakukan pada siklus pertama. Dan juga diambil dari siswa yang
mempunyai tingkat kedisiplinan yang lebih baik daripada teman-temannya.
Pada siklus
kedua ini kelompok siswa tetap, hanya tutor sebayanya yang diganti. Guru
menyiapkan lembar pengamatan yang akan digunakan untuk mengamati motivasi
belajar siswa baik siswa maupun tutor sebaya. Juga angket yang harus diisi
siswa berkaitan dengan pemeran tutor sebaya.
2. Melaksanakan Tindakan
Pelaksanaan tindakan kelas ini, sebagai
pelaksananya adalah guru. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan
sistem klasikal. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
metode tutor sebaya dengan tutor yang telah diganti siswa yang tingkat prestasi
dan kedisiplinannya lebih daripada teman-temannya mampu meningkatkan motivasi
dan prestasi siswa.
Pada waktu
pelaksanaan tindakan ini, guru sekaligus melakukan observasi dengan tujuan sama
pada pelaksanaan tindakan siklus pertama yaitu (1) mengamati kondisi dan reaksi
siswa terhadap metode tutor sebaya, (2) mengetahui seberapa besar metode tutor
sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) mengetahui seberapa besar
metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
a) Materi Pelajaran yang diajarkan pada siklus II
Setiap
pertemuan, sebelum menyampaikan materi
pelajaran guru memberi apersepsi berupa pertanyaan maupun cerita tentang materi
yang lalu untuk mengingat, dan materi yang akan diberikan untuk mengetahui
kesiapan siswa.
1) Latar Belakang Pancasila
dijadikan sebagai Ideologi Bangsa (pertemuan I)
Sebagai
Kelanjutan dari janji Jepang untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia maka
pada tanggal 29 April 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI) yang anggotanya sebanyak 62 orang. Ketuanya
adalah Dr. Radjiman Widyodiningrat. Sidang I BPUPKI berlangsung tanggal 29 Mei
sampai dengan 1 Juni 1945, dibuka oleh ketuanya Dr. Radjiman Widyodiningrat.
Dalam sidang tersebut beliau meminta kepada segenap peserta untuk memikirkan
dasar negara Indonesia merdeka.
Muncullah
respon dari peserta sidang mengenai pemikiran dasar negara Indonesia merdeka.
Mereka yang mengajukan konsep antara lain adalah Mr. Muhammad Yamin, Mr.
Supomo, dan Ir. Sukarno. Pada tanggal 341 Mei 1945, mr. Muhammad Yamin mendapat
kesempatan terlebih dahulu untuk mengajukan konsep dasar negara Indonesia
merdeka. Beliau mengajukan konsep dasar negara sebagai berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Sebagai
kelengkapannya Mr. Muhammad Yamin juga menyampaikan konsep dasar negara secara
tertulis yaitu :
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kebangsaan, persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Pada tanggal 31 Mei
1945 Mr. Supomo mendapat kesempatan untuk menyajikan konsep dasara negara
Indonesia merdeka. Dalam pidatonya di depan sidang BPUPKI, beliau menyebutkan
bahwa negara indonesia berdasarkan ciri-ciri dan prinsip-prinsip : “Negara
hendaknya tidak menyatu dengan bagian yang terbesar dari rakyat, juga tidak
dengan kelompok ekonomi terkuat, melainkan harus mengatasi semua golongan dan
kelompok dan semua individu. Untuk menyatukan dengan seluruh lapisan dari
masyarakat secara menyeluruh atau secara integral. Ini disebut paham atau ide
integralistik.
Pada tanggal 1 Juni
1945, Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya di depan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya
beliau menyampaikan kata-kata antara lain : “ Kita hendaknya mendirikan suatu
negara, semua buat semua, bukan buat satu golongan bangsawan , maupun golongan
yang kaya.” Dalam kesempatan itu Ir. Sukarno mengusulkan dasar negara Indonesia
merdeka sebagai berikut :
1. Kebangsaan
Indonesia
2. Internasionalisme
atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau
demokrasi
4. Kesejahteraan
sosial
5. Ketuhanan yang
Maha Esa.
Atas saran dari
seorang ahli bahasa, kelima asa tersebut diberi nama Pancasila. Sidang ditutup
pada tanggal 1 Juni 1945. Sebelumnya sidang menetapkan sembilan orang yang akan
bertugas untuk merumuskan pandangan-pandangan yang telah dikemukakan dalam
sidang terutama menyangkut rumusan sila-sila Pancasila. Mereka disebut sebagai
Panitia Sembilan. Kesembilan orang itu adalah :
1. Ir. Sukarno
2. Drs. Muhammad
Hatta
3. Mr. A..Maramis
4. K..Wahid Hasyim
5. Abdul Kahar
Muzakir
6. Abikusno
Tjokrosujoso
7. Haji Agus Salim
8. Mr. Achmad
Subardjo
9. Mr. Muhammad
Yamin.
Pada tanggal 22 Juni
1945 Panitia sembilan berhasil merumuskan dokumen Piagam Jakarta (jakarta
Charter), yakni preambule yang berisi asas dan tujuan negara Indonesia
merdeka. Adapun rumusan Pancasila sebagai dasar negara yang tercantu dalam
Piagam Jakarta adalah sebagai berikut :
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Akan tetapi kemudian
pada tanggal 18 Agustus 1945, perwakilan dari Indonesia timur yang mayoritas
beragama Kristen menyatakan tidak bersedia bergabung dengan negara Republik
Indonesia kecuali jika unsur “menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya” pada Piagam Jakarta dihapuskan. Keinginan masyarakat
wilayah timur Nusantara itu memaksa para perumus dasar negara kembali
mengadakan musyawarah dalam rangka merumuskan kembali dasar ideologi dan
konstitusi negara. Setelah melalui proses yang melelahkan akhirnya kelompok
Islam bersedia untuk menghapus unsur-unsur Islam yang telah mereka rumuskan
dalam Piagam Jakarta. Sebagi gantinya unsur “Ketuhanan “ dimasukkan ke dalam
sila pertama dalam Pancasila. Dengan demikian , sila pertama berbunyi
“Ketuhanan Yang Maha Esa”
2) Upaya Mempertahankan Ideologi Pancasila
Upaya-upaya yang dapat
dilakukan untuk mempertahankan ideologi Pancasila antara lain sebagai berikut :
(a) Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan
nilai-nilai luhur Pancasila.
(b) Melaksanakan ideologi Pancasila secara
konsisten.
(c) Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum
dalam pembuatan peraturan perundangan nasional.
(d) Menempatkan Pancasila sebagai moral dan
kepribadian bangsa Indonesia.
Kesadaran
untuk mengamalkan Pancasila dapat tumbuh dan melekat pada diri dan menjadi
sifat bangsa Indonesia, antara lain didorong oleh :
(a) Adanya kenyataan bahwa negara Indonesia
berdiri karena perjuangan panjang dari seluruh rakyat Indonesia. Perjuangan itu
sendiri merupakan pancaran jiwa dan watak bangsa yang sudah berabad-abad
lamanya hidup dan berkembang menjadi nilai-nilai hidup.
(b) Bahwa penyelenggaraan kehidupan negara
Indonesia didasarkan atas hukum dasar nasional, yaitu Pacasila. Pancasila
mengandung suasana kebatinan dan cita-cita hukum, yang mewajibkan penyelenggara
negara, pemimpin pemerintahan, seluruh rakyat untuk memiliki budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
Beberapa
jalur sebagi upaya untuk mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
antara lain :
(a) Pendidikan
Pendidikan memiliki peran penting untuk
mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan meliputi pendidikan formal
maupun pendidikan nonformal yang terlaksana dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Keluarga
merupakan tempat pertama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila.
Keteladanan orangtua dalam keluarga sangat diperlukan agar nilai-nilai hidup
yang sesuai dengan Pancasila juga menjadi nilai hidup putra-putri mereka.
Sekolah
merupakan tempat di mana siswa untuk pertama kalinya bertemu dan berkenalan
dengan sistem sosial dalam skala yang cukup luas. Selain diajari ilmu
pengetahuan , sekolah juga mengajarkan sikap disiplin, saling menolong diantara
sesama manusia, persaingan sehat, saling menghargai perbedaan,sikap bertanggung
jawab dan bertenggang rasa. Jadi sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk
menimba ilmu tetapi juga untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Manusia
adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Orang
lain atau masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian
seseorang. Masyarakat yang baik akan menghasilkan pribadi-pribadi yang baik,
demikian pula sebaliknya. Dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila , maka akan
terbentuk masyarakat yang Pancasilais.
(b) Media Massa
Media massa baik elektronik maupun cetak
sangat berperan dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi bangsa. Pers menyediakan mimbar untuk kelangsungan pergaulan dan
dialog antara masyarakat dan pemerintah, dan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Dalam proses itu nilai-nilai Pancasila ikut disebarluaskan.
2) Evaluasi pada Siklus II
Evaluasi ini dimaksudkan
sebagai alat untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menguasai
materi yang telah diberikan . Soal evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada
lampiran.
3. Melakukan
Pengamatan
Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode tutor sebaya.
Pengamatan meliputi motivasi siswa dan pemeran tutor sebaya yang telah diganti
oleh siswa yang berprestasi dan tingkat kedisiplinan yang lebih dengan
menggunakan lembar pengamatan dan juga angket yang harus diisi oleh siswa.
Tujuan pengamatan pada siklus kedua adalah untuk mengetahui perubahan baik
motivasi maupun prestasi siswa setelah digunakannya metode tutor sebaya.
Berdasarkan
pengamatan yang penulis lakukan pada siklus II, terdapat perubahan yaitu
motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Hal
ini bisa dilihat dari keaktifan siswa untuk membahas materi pelajaran dalam
kelompoknya yang dipimpin oleh tutor sebaya. Anak lebih bergairah dalam
belajar, dengan menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan ketika pelajaran
akan dimulai. Demikian pula kemampuan dan kemauan siswa dalam menjawab
pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Pemeran tutor sebaya yang dipilih dari
siswa yang lebih berprestasi dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi
ternyata berpengaruh positif pada kelompok. Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi
untuk motivasi belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
Tabel 5
Tingkat Motivasi siswa pada siklus II
No
|
Tingkat Motivasi
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Berminat
sekali
Berminat
Cukup
Berminat
Kurang
Berminat
Kurang
Berminat Sekali
|
20
19
-
-
-
|
51,28 %
48,72 %
0 %
0 %
0 %
|
Jumlah
|
39
|
100 %
|
Sedangkan nilai rata-rata
evaluasi pada siklus II adalah 75,26.
Persentase hasil prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Persentase prestasi siswa pada siklus II
No
|
Nilai
|
Jumlah
|
Prosentase
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
91 -
100
81 -
90
71 -
80
61 -
70
Kurang
dari 61
|
1
4
18
16
-
|
2,56 %
10,26 %
46,15 %
41,03 %
0 %
|
Jumlah
|
39
|
100 %
|
Tabel
7
Persentase
Kecenderungan Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya
No
|
Aspek
|
Indikator
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
Minat
|
Lebih
berminat
Biasa
Tidak
berminat
|
36
3
-
|
92,31 %
7,69 %
|
2
|
Materi
|
Materi lebih
mudah diingat
Tidak
Mempengaruhi materi
Materi
menjadi membingungkan
|
33
6
0
|
84,62 %
15,38 %
0 %
|
3
|
Keaktifan
siswa dalam diskusi
|
Sangat aktif
Biasa-biasa
saja
Nampak pasif
menunggu perintah
|
25
10
4
|
64,10 %
25,64 %
10,26 %
|
4. Melakukan
Refleksi
Refleksi
pada Siklus II ini adalah hasil tanggapan dan pengamatan guru dan siswa pada
kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode tutor sebaya. Penulis sangat
memerlukan hal ini untuk mengetahui efektifitas metode tutor sebaya dalam
kegiatan belajar mengajar.
Berdasarkan
pengamatan guru yang juga berfungsi sebagai peneliti ternyata dengan
menggunakan metode tutor sebaya siswa lebih berminat mengikuti proses
pembelajaran. Beberapa siswa yang pada
siklus I, menyatakan tidak suka dan kurang berminat pada metode tutor sebaya,
setelah tutornya diganti menjadi lebih berminat.
Dari
tanggapan siswa juga diketahui bahwa sebagian besar siswa senang dengan metode
tutor sebaya karena siswa lebih diberi kebebasan dalam mempelajari materi
pelajaran dalam kelompoknya. Meskipun ada dua orang yang menyatakan tidak suka
dengan alasan harus lebih bertanggung jawab dan merasa tidak mampu kalau diajak
berdiskusi dengan teman-temannya.
D. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Metode tutor sebaya merupaka salah satu
dari bentuk pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning). Pembelajaran
kooperatif ini mengupayakan seorang peserta didik mampu mengajarkan materi
pelajaran kepada peserta didik lain. Mengajar teman sebaya memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu, pada waktu yang
bersamaan ia menjadi nara sumber bagi peserta didik lain. Pengorganisasian
pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja pada situasi pembelajaran kooperatif
didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka mengkoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
Pembelajaran
kooperatif menenkankan pembelajaran dalam kelompok kecil di mana siswa belajar
dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal dan meletakkan tanggung
jawab individu sekaligus kelompok, sehingga
pada siswa tumbuh dan
berkembang sikap dan perilaku saling
ketergantungan secara positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar,
bekerja, dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguhuntuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Pada
penelitian ini, dari siklus I dan siklus II yang tahap-tahapnya selalu dimulai
dari perencanaan dan diakhiri dengan refleksi, ternyata metode tutor sebaya
mampu meningkatkan motivasi dan prsetasi belajar mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Pada siklus I, dengan menunjuk tutor sebaya yang dipilih oleh
siswa sendiri ternyata masih mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa, walaupun ada siswa yang tidak suka dengan
metode tutor sebaya. Alasan utama rasa tidak senang ini adalah (1) beban
tangung jawab secara individu maupun kelompok karena merasa kurang mampu
memahami materi pelajaran, (2) tidak senang dengan tutor sebaya karena kurang
bertanggung jawab dan hanya mementingkan diri sendiri.
Masalah
adanya siswa yang merasa terbebani tanggung jawab terjadi karena dalam
pembentukan kelompok memang berdasarkan latar belakang kemampuan siswa yang
berbeda-beda. Bagi siswa yang kurang memahami materi metode ini dianggap
membosankan bahkan mungkin menakutkan. Di sini sebetulnya peranan tutor sebaya
diharpkan mampu berfungsi untuk dapat membimbing teman-temannya dalam memahami
materi dan membantu menyelesaikan tugas.
Sedangkan
permasalahan kedua yaitu adanya siswa yang tidak senang dengan tutor sebaya
pada siklus II terjadi karena ternyata pilihan siswa untuk tutor sebaya
berdasarkan kedekatan hubungan dan simpati secara emosional. Hal ini sesuai
dengan teori pembagian kelompok remaja yang disebut kelompok “Chums” (sahabat
karib). Idealnya seorang tutor sebaya harus mampu berfungsi sebagai pemimpin
yang menjadi penggerak perubahan teman-teman sebayanya.
Pada
siklus II, sebagai tindak lanjut hasil reflkesi siklus I, tutor sebaya diganti
oleh siswa yang mempunyai prestasi lebih baik dan tingkat kedisiplinannya juga
lebih baik daripada teman-temannya dalam satu kelmpok. Ternyata dengan
perubahan tutor sebaya ini tingkat motivasi siswa lebih meningkat lagi.
Demikian pula prestasi belajar siswa juga meningkat, rata-rata kelas menjadi
75,26 (daya serap 75,26 %).
Peningkatan
motivasi belajar siswa pada penelitian
ini ditunjukkan pada kategori siswa yang berminat sekali dari 38,46 % pada
siklus I menjadi 51,28 % pada siklus II. Jika pada siklus I pada kategori cukup
berminat terdapat 10,26 % pada siklus II sudah tidak ada lagi ( 0 % ).
Sedangkan untuk siswa yang berminat turun dari 51,28 % pada siklus I menjadi
48,72 % pada siklus II. Hal ini karena sebagian siswa kategori berminat pada
siklus I meningkat menjadi kategiori berminat sekali pada siklus II.
Peningkatan
prestasi belajar siswa ditunjukkan pada kelompok nilai 71-80 dari 20,51 % pada
siklus I menjadi 46,15 % pada siklus II. Penulis menggunakan nilai kurang dari 61 pada kelompok terbawah karena
nilai batas tuntas untuk Pendidikan Kewarganegaraan pada penelitian ini adalah
61. Jika pada siklus I terdapat 5,13 % siswa yang belum mencapai tuntas belajar
maka pada siklus II seluruh siswa sudah mencapai batas tuntas belajar.
Peningkatan
motivasi dan prestasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat
pada tabel 8 dan tabel 9 di bawah ini :
Tabel 8
Tingkat Motivasi siswa pada siklus I dan
siklus II
No
|
Tingkat Motivasi
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Berminat
sekali
Berminat
Cukup
Berminat
Kurang
Berminat
Kurang
Berminat Sekali
|
38,46 %
51,28 %
10,26 %
0 %
0 %
|
51,28
%
48,72
%
0 %
0 %
0 %
|
Tabel 9
Persentase prestasi siswa pada siklus I
dan Siklus II
No
|
Nilai
|
Siklus I
|
Siklus II
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
91 -
100
81 -
90
71 -
80
61 -
70
Kurang
dari 61
|
0 %
10,26 %
20,51 %
64,10 %
5,13 %
|
2,56 %
10,26 %
46,15 %
41,03 %
0 %
|
Rata-rata
|
69,87
|
75,26 %
|
Namun demikian , berdasarkan pengamatan
penulis ternyata metode tutor sebaya juga terdapat hambatan-hambatan yang perlu
doperhatikan, antara lain :
1. Metode tutor sebaya membutuhkan persiapan guru yang cukup matang
supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.
2. Metode tutor sebaya membutuhkan waktu yang cukup banyak dan media
yang cukup beragam.
3. Bagi siswa yang tidak memahami dan menguasai materi, akan terasa
membosankan dan tersiksa.
4. Adanya siswa yang tidak dapat diterima menjadi anggota suatu
kelompok atau kesulitan bersosialisasi.
5. Metode tutor sebaya membutuhkan aktifitas siswa yang banyak
sehingga sering menimbulkan gangguan bagi kelas yang lain.
Dari
beberapa hambatan di atas, untuk dapat mengatasinya maka guru harus mempersiapkan
diri baik pribadi, materi maupun media pembelajaran yang dibutuhkan. Guru juga
harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa tentang langkah-langkah
dalam pembelajaran baik untuk kelompok maupun individu. Siswa dilatih untuk
hidup dalam kelompok yang membutuhkan sikap saling menghormati, menghargai dan
menyayangi antarkelompok.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan
tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapai
tidaknya tujuan pendidikan dan merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran.
2. Metode tutor sebaya merupakan salah satu bentuk pelaksanaan
pembelajaran kooperatif (coopetariv
learning), di mana setiap peserta didik diupayakan mampu mengajarkan materi
pelajaran kepada peserta didik lain.
3. Dalam menentukan tutor sebaya perlu dipilih siswa yang memiliki
kelebihan dibandingkan dengan teman-temannya, terutama dalam hal prestasi dan
kedisiplinan.
4. Metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada penelitian ini
ditunjukkan dengan peningkatan motivasi belajar dari siklus I kategori siswa
yang berminat sekali 38,46 % menjadi 51,28 % pada siklus II
5. Metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Pada penelitian ini ditunjukkan dengan peningkata rata-rata nilai siswa dari
69,87 pada siklus I menjadi 75,26 pada
siklus II.
B. Implikasi/Rekomendasi
Mengingat manfaat metode tutor sebaya dalam
meningkatkan motivasi maupun prestasi siswa maka penggunaan metode ini perlu
ditindaklanjuti untuk mencapai kesempurnaan.
c. Saran
Metode tutor sebaya merupakan metode
pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif, kreatif dalam suasana
menyenangkan . Untuk itu disarankan :
1. Dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan faktor efektifitas
waktu dan media pembelajaran, agar penggunaan metode ini dapat mencapai
sasarannya.
2. Guru perlu memperhatikan perbedaan individual terutama
kemampuan akademik dan siswa yang kurang
mampu bersosialisasi agar mereka dapat berperan serta secara aktif dalam proses
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar