Minggu, 30 Desember 2012

Hasil Kegiatan Workshop Pengembangan Karir PTK Dikdas



SAMPEL HASILKARYA PESERTA WORKSHOP PENGEMBANGAN KARIR PTK DIKDAS
MGMP PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SMP KABUPATEN PURWOREJO
TAHUN 2012

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

               Pendidikan pada hakekatnya merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Oleh karena itu setiap proses pendidikan akan berusaha mengembangkan seluas-luasnya potensi individu sebagai sebuah elemen penting  untuk mengembangkan dan mengubah masyarakat. Dalam upaya itu setiap proses pendidikan membutuhkan seperangkat metode tertentu sehingga transformasi pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang diberikan dapat berjalan sebagaimana yang diinginkan.
               Sekolah sebagai salah satu lembaga formal pendidikan dikatakan berhasil apabila prestasi belajar anak didik menunjukkan peningkatan. Keberhasilan ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor yang dapat dibedakan secara garis besar menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal adalah faktor di luar kondisi pribadi anak didik seperti kondisi dan sistem sekolah, kenyamanan sekolah, peranan orang tua serta kepedulian masyarakat. Faktor internal adalah segala hal yang berkaitan dengan diri siswa antara lain tingkat kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan aspek kejiwaan peserta didik.
               Suryabrata dalam Siti Zubaedah (Dir. PLP 2004 :210) mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri seseorang individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Jadi motivasi  dalam hal ini merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Motivasi akan menjadi pendorong yang menyebabkan terjadinya energi yang ada pada setiap individu sehingga terkait dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan emosi untuk bertindak mewujudkan tujuan tertentu. Pencapaian tujuan, cita-cita dan kejiwaan menjadi lebih mudah dengan adanya dorongan dari motivasi ini.
               Kurangnya motivasi belajar siswa telah lama menjadi suatu permasalahan para guru di SMP Negeri 34 Purworejo. Pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan banyak siswa yang menampakkan sikap kurang bersemangat, dan kurang siap dalam menerima pelajaran. Ketidaksiapan siswa tersebut berpengaruh dalam proses belajar mengajar, karena mengakibatkan suasana kelas menjadi kurang aktif dan interaksi timbal balik antara guru dan siswa tidak terjadi. Siswa cenderung pasif, hanya menerima apa saja yang diberikan oleh guru.
               Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar siswa ini banyak sekali, diantaranya adalah strategi pembelajaran guru yang kurang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Guru cenderung menggunakan metode ceramah, dan siswa hanya menghapal materi pelajaran dari buku. Salah satu strategi pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses belajar mengajar adalah menggunakan tutor sebaya.                              Tutor sebaya dalam penelitian ini adalah salah satu model pembelajaran di mana materi pelajaran diberikan oleh sesama siswa dalam kelas yang sederajat.

B.  Perumusan Masalah

               Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan  dalam penelitian ini adalah :
               1.   Apakah dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
               2.   Apakah  dengan strategi pembelajaran tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

C.  Tujuan Penelitian

               Penelitian ini bertujuan untuk  mengetahui tingkat motivasi dan prestasi  belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIII F SMP Negeri 34 Purworejo melalui tutor sebaya.

 

D.  Manfaat Penelitian

      1. Bagi siswa
               Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan sikap kerja sama dalam belajar , meningkatkan motivasi belajar yang akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
      2. Bagi guru
               Melalui penelitian ini diharapkan guru memiliki kreatifitas dalam mencari strategi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi siswa. Model pembelajaran tutor sebaya merupakan salah satu alternatif strategi pembelajaran untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar.
     
      3. Bagi sekolah
               Penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan iklim akademik professional di sekolah, dan meningkatkan kemampuan guru dalam mengatasi masalah pembelajaran.
                       



BAB II

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

 

A.  Motivasi Belajar

               Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran. Motivasi membuat seorang siswa mau menikmati dan menghargai segala aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
               Mc. menegaskan bahwa motivasi adalah unsur penentu yang mempengaruhi perilaku dalam individu, merupakan daya penggerak aktif yang terjadi pada masa tertentu dengan tujuan tertentu (Depdiknas, Pusat Perbukuan Vol 10 tahun 2004). Agar anak didik dapat meraih prestasi puncak dalam belajar, guru dapat membangkitkan dan memberi motivasi yang memusatkan pada kebutuhan aktualisasi diri dengan mendorong siswa berprestasi. Perlu juga ditanamkan kondisi kompetitif yang sehat bagi anak didik.
               Ada empat kategori motivasi belajar siswa : pertama, achiver, yaitu siswa yang lebih berorientasi pada keinginan untuk unggul dan dalam persaingan yang kompetitif. Kedua, sociable, yaitu siswa yang memiliki hasrat kebersamaan bersifat kooperatif nonkompetitif, dan suka melihat keberhasilan bersama. Ketiga, conscientious, yaitu siswa yang hanya melakukan kegiatan jika mendapatkan petunjuk yang jelas dan terikat pada peraturan. Keempat, curious, yaitu siswa yang mempunyai sifat ingin selalu tahu, tidak suka kemapanan dan mendambakan perkembangan. (Waldi, S.Pd. Majalah Gerbang, Edisi 11 tahun 2005: 39).
               Seorang siswa bisa saja memiliki dua tipe motivasi belajar, karena keempat tipe di atas bisa digambarkan seperti grafik kartesius , dan  masing-masing sifat menempati sisi sumbu baik positif maupun negatif. Hal ini merupakan tanggung jawab guru untuk menyiapkan alternatif strategi pembelajaran yang sesuai dengan keinginan siswa.
               Beberapa ciri siswa yang mempunyai  motivasi belajar tinggi dapat dikenali selama mengikuti proses belajar mengajar di kelas. Brown (1971) mengemukakan ada delapan ciri , yaitu :
               1.   Tertarik pada guru artinya tidak bersikap acuh tak acuh.
               2.   Tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan.
               3.   Antusias tinggi serta mengendalikan perhatian dan energinya pada kegiatan belajar.
               4.   Ingin selalu tergabung dalam suatu kelompok kelas
               5.   ingin identitasnya diakui orang lain.
               6.   Tindakan dan kebiasaannya, serta moral nya selalu dalam kontrol diri.
               7.   Selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah.
               8.   Selalu terkontrol oleh lingkungan

                     (Dir. PLP, 2004 : 47)
               Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam penelitian ini penulis menawarkan alternatif pemecahan melalui strategi pembelajaran dengan tutor sebaya. Melalui model pembelajaran tutor sebaya siswa belajar dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, siswa berdiskusi, yang pandai mengajari yang kurang pandai, yang sudah tahu memberi tahu yang belum tahu.

B.  Pendidikan Kewarganegaraan

               Pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran dalam kurikulum 2006 memiliki visi, misi, tujuan dan struktur keilmuan mata pelajaran. Visi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah terwujudnya sustu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warga negara.  Sedangkan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah membentuk warga negara yang baik, yaitu warga negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bernegara dilandasi oleh kesadaran politik, hukum,  dan kesadaran moral.
               Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mengembangkan kompetensi sebagai berikut :
               1.   Memiliki kemampuan berfikir secara rasional, kritis, dan kreatif sehingga mampu memahami berbagai wacana kewarganegaraan
               2.   Memiliki ketrampilan intelektual dan ketrampilan berpartisipasi secara demokratis dan bertanggung jawab.
               3.   Memiliki watak dan kepribadian yang baik sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
               Struktur keilmuan mata pelajaran pada umumnya mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan nilai (values). Sejalan dengan hal tersebut telah berkembang wacana tentang pendidikan kewarganegaraan paradigma baru yang menyatakan bahwa struktur keilmuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mengakup dimensi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), ketrampilan kewarganegaran (civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic dispositions).
               Secara garis besar, dimensi pengetahuan kewarganegaraan yang tercakup dalam pendidikan kewarganegaraan meliputi politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian antardisiplin. Ketrampilan kewarganegaraan meliputi ketrampilan inyelektual (intellectual skills) dan ketrampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sedangkan watak atau karakter kewarganegaraan sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi watak/karakter kewarganegaraan dapat dipandang sebagai muara dari kedua dimensi sebelumnya.
               Dengan melihat visi, misi, dan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karakteristik mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ditandai dengan pemberian penekananan pada dimensi watak,  sikap dan hal-hal lain yang bersifat afektif. Jadi pertama-tama seorang warganegara perlu memiliki pengetahuan yang baik tentang kewarganegaraan,terutama pengetahuan di bidang hukum, politik dan moral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Selanjutnya seorang warganegara diharapkan memiliki ketrampilan secara intelektual maupun secara partisipatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengetahuan dan ketrampilannya itu akan membentuk suatu watak (karakter) yang mapan, sehingga menjadi sikap  dan kebiasaan sehari-hari. Adapun struktur keilmuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan SMP dapat dilihat pada table sebagai berikutn :
Tabel 1
Struktur Keilmuan Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaran
no
Dimensi
Bidang Kajian
1
Politik
1.            Manusia sebagai zoon politikon (makhluk sosial)
2.            Proses terbentuknya masyarakat politik
3.            Proses terbentuknya bangsa
4.            Asal usul negara
5. Unsur-unsur negara,tujuan negara, dan bentuk negara
6. Kewarganegaraan
7. Lembaga politik
8. Model-model sistem politik
9. Lembaga-lembaga tinggi dan lembaga terteinggi negara
10.Demokrasi Pancasila
11.Indonesia dan hubungan internasional
2
Hukum
1. Rule  of Law (negara hukum)
2.            Konstitusi
3. Sistem hukum
4. Sumber hukum
5. Subyek hukum,obyek hukum,peristiwa hukum dan sanksi hukum
6. Pembidangan hukum
7. Proses hukum
8. Peradilan
3
Moral
1. Pengertian nilai,norma dan moral
2. Hubungan antara nilai, norma dan moral
3. Sumber-sumber ajaran moral
4. Norma-norma dalam masyarakat
5. Implementasi nilai-nilai moral Pancasila
4
Ketrampilan dan watak kewarganegaraan
1. Pengembangan ketrampilan intelektual
2. Pengembangan ketrampilan posisi diri
3. Pengembangan ketrampilan partisipasi
4. Pengembangan watak kewarganegaraan
Sumber :    Pedoman khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi SMP Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Direktorat PLP.2004:7)  

C.  Tutor Sebaya
               Tutor sebaya merupakan pelaksanaan salah satu dari konsep masyarakat belajar. Konsep masyarakat belajar adalah hasil pembelajaran yang diperoleh merupakan kerjasama dengan orang lain. (Dir. PLP, 2004:13). Model pembelajaran dengan konsep masyarakat belajar prakteknya terwujud dalam bentuk :
               1. Pembentukan kelompok kecil.
               2. Pembentukan kelompok besar.
               3. Mendatangkan ahli ke dalam kelas.
               4. Bekerja dengan kelas sederajat.
               5. Bekerja dengan kelas di atasnya.
               6. Bekerja dengan masyarakat.   
               (Dir. PLP, 2004 : 14)
               Masyarakat belajar  merupakan salah satu dari tujuh komponen Contextual Teaching and Learning (CTL). CTL adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru menghubungkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. (Dir. PLP, 2004 : 6)
               Persahabatan merupakan ciri khas interaksi antar remaja dalam kelompok. Menurut Andi Mappiare (2003) kelompok remaja dapat dikelompokkan menjadi : (a) kelompok “Chums” (sahabat karib), merupakan ikatan persahabatan yang sangat kuat. Biasanya beranggotakan 2-3 orang yang mempunyai kemauan sama, (b) kelompok “Clique” (komplotan sahabat),  kelompok ini biasanya terdiri dari 4-5 orang yang biasanya terjadi penggabungan dengan kelompok chums, (c) kelompok “Crowds” (kelompok banyak remaja), biasanya lebih besar dibandingkan kelompok glique. Karena besarnya anggota biasanya ikatan emosionalanya lebih renggang, (d) kelompok yang diorganisir, kelompok ini sengaja dibentuk dan diorganisir oleh orang dewasa dengan tujuan tertentu, (e) kelompok “gangs” biaasanya kelompok ini terdiri dari pelarian para remaja yang tidak diterima dalam keempat kelompok tersebut di atas.
               Bagi remaja yang bersekolah seperti siswa SMP, kelompok-kelompok tersebut pasti terjadi dan dimasuki setiap siswa. Mereka banyak yang sadar bahwa dirinya dituntut untuk menyesuaikan diri dalam kelompok, walau untuk beberapa saat tertentu mereka kurang dapat memenuhi tuntutan kelompoknya. Beberapa unsure yang menjadi standart pemeilihan adalah pola tingkah laku, minat/kesenangan, ciri fisik, kepribadian  serta nilai-nilai tertentu yang dianut.
               Pada kelompok teman sebaya terdapat pengaruh yang sangat kuat dan untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Dalam jalinan yang kuat itu terbentuk norma, nilai-nilai, simbol. Dalam masa ini tidak menutup kemungkinan terjadi pertentangan nilai antara nilai dan norma kelompok dengan nilai dan norma orang tua (keluarga). Dalam hal ini nilai dan norma kelompok akan lebih dominan dibandingkan dengan nilai dan norma orang tua (keluarga).
               Dalam pendekatan yang lebih demokratis ketika fungsi sumber belajar lain dioptimalkan, peran pendidikan sebaya menjadi semakin penting. Apabila dilihat dari sisi psikososiologis, remaja memang sedang menjauhi otoritas guru(orang tua) dan mereka lebih dekat dengan teman sebaya. Beberapa argumen yang dapat disebut sebagai penyebab maraknya pendidikan sebaya antara lain : (a) teman sebaya merupakan informasi terpercaya bagi remaja, (b) menyangkut sensifitas topik ketika menghadapi masalah-masalah yang sensitive, yang sangat melibatkan nilai dan pribadi pendekatan inovatif lebih sesuai dibandingkan dengan pendekatan tradisional sehingga lebih sensitif diberikan sebayanya, (c) alasan anggaran, keterbatasan anggaran turut mengilhami banyak lembaga untuk melibatkan siswanya sebagai tutor sebaya, Khoirudin (2001).
               Tutor sebaya dapat difungsikan sebagai sebagai kegiatan pengoptimalan potensi remaja atau siswa agar dapat menggunakan waktu belajarnya secara efektif. Kenyataan di lapangan, para siswa SMP masih banyak yang segan dan malu untuk datang dan bertanya pada guru mata pelajaran. Dengan adanya tutor sebaya hal itu dapat diatasi karena mereka lebih percaya dan lebih dekat kepada teman sendiri.
               Fungsi tutor sebaya di sini adalah ; (a) sebagai sahabat yang bersedia mendengarkan , memahami, serta membantu memecahkan masalah teman sebaya dalam belajar, (b) sebagai fasilitator yang bersedia membantu seorang pribadi untuk tumbuh berkembang bersama kelompoknya, (c) sebagi pemimpin yang menjadi penggerak perubahan tingkah laku kelompoknya.
               Agar kegiatan tutor sebaya dapat berjalan dengan baik maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
               (1) Setiap pihak yang terkena dampak program tutor sebaya hendaknya  dilibatkan dalam perencanaan tutor sebaya.
               (2)  Perlu adanya program tutor sebaya yang dirancang secara khusus.
               (3)  Tutor sebaya hendaknya siswa-siswa yang mempunyai kelebihan dibandingkan teman-temannya baik di bidang prestai akademik, non akademik , kedisiplinan maupun kepedulian sosial.
               (4)  Evaluasi dan penilaian mesti dilakukan sebagai bagian dari proses belajar mengajar.
D.  Hubungan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan Metode Tutor Sebaya
               Strategi pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rangkaian yang penting dalam pendekatan sistem pembelajaran. Rasionalnya karena strstegi pembelajaran berhubungan alngsung dengan pemilihan kegiatan yang dipandang efektif dan efisien dalam memberikaqn pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien dan bermakna.
               Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi peserta didik. Di samping itu guru Pendidikan Kewarganegaraan perlu memberikan keteladanan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
               Agar proses pembelajaran Pendidikan kewarganegaraan bermakna dan berkualitas perlu digunakan metode dan pendekatan yang bervariasi. Metode adalah cara penyampaian materi yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi masing-masing. Dalam pemilihan metode, sangat diharapkan keterlibatan siswa secara aktif yang tinggi.
               Metode tutor sebaya merupakan salah satu metode pembelajaran yang menuntut keaktivan siswa dalam belajar. Metode ini termasuk salah satu metode pembelajaran yang bersifat partisipatif, yakni metode pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek dan memfasilitasi siswa untuk aktif, kreatif dan inovatif secara mental, fisik, dan sosial baik selama proses belajar tatap muka berlangsung maupun kegiatan penugasan di luar kelas.
               Sesuai dengan visi dan misi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan maka metode tutor sebaya di samping berfungsi untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran tetapi juga untuk melatih dan membentuk watak atau sifat siswa untuk saling membantu, kerja sama, tenggang rasa. Dengan demikian diharapkan bukan hanya dimensi pengetahuan saja yang berkembang tetapi juga dimensi ketrampilan dan juga dimensi sikap siswa. 

E. Penelitian yang Relevan

               Satu telaah di Standford University menemukan bahwa bimbingan belajar oleh kawan sendiri itu empat kali lebih efektif untuk meningkatkan prestasi di bidang matematika dan membaca dibandingkan jika jumlah murid dalam kelas dikurangi atau waktu pengajaran diperpanjang dan jauh lebih efektif dibandingkan instruksi individual dengan komputer.
               Melalui tutor sebaya belajar ini diharapkan juga tumbuh suasana demokratis, saling menghargai, toleransi dan juga semangat kebersamaan untuk memecahkan masalah.

F.   Kerangka Berpikir


               Konsep masyarakat belajar menekankan pentingnya kerja sama dalam belajar. Dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi yang aktif antara siswa dengan guru juga antara siswa dengan siswa. Kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok. Antara siswa dapat saling bertanya, berdiskusi, untuk memecahkan suatu masalah. Siswa dapat saling menularkan pengetahuan yang dimilikinya kepada teman-temannya. Bagi siswa yang tidak tahu akan termotivasi untuk bertanya kepada temannya yang sudah tahu tanpa beban takut dan rasa malu . Bagi siswa yang pandai dirinya merasa dihargai karena dapat membimbing teman-temannya untuk belajar. Dengan demikian suasana kelas menjadi lebih aktif dan menyenangkan.
                Melalui strategi pembelajaran tutor sebaya siswa akan lebih termotivasi untuk belajar karena :
               1. Siswa akan lebih mudah memahami suatu materi pelajaran jika suasana tidak menegangkan.
               2.   Siswa dapat mengembangkan kemampuan secara optimal jika terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
               3.   Dengan tutor sebaya siswa dapat berkomunikasi lebih interaktif.
               4.   Tutor sebaya akan lebih memahami kesulitan yang dialami temannya.
               Motivasi belajar akan mempengaruhi dan mendorong siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Proses belajar siswa akan menjadi sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi, bukan hanya merupakan sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan. Untuk menggambarkan hubungan antara metode tutor sebaya, motivasi belajar dan prestasi belajar dalam penelitian ini dapat kami gambarkan pada  skema di bawah ini :
Kondisi Awal
 
                                                                                                              
              



 
Tindakan Guru
Siklus I+Siklus II
 
                    

Gambar 1

Hubungan Antara Metode Tutor Sebaya, Motivasi Belajar dan Prestasi Belajar Siswa

Keterangan : a.Siklus I.           Menggunakan tutor sebaya pilihan siswa sendiri
                     b.Siklus II.         Menggunakan tutor sebaya siswa yang memiliki prestasi dan disiplin lebih daripada teman satu kelompoknya.


G.  Hipotesis Tindakan

               Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah :
               1.   Dengan strategi pembelajaran tutor sebaya, maka motivasi  belajar siswa kelas VIIIF SMP Negeri 34 Purworejo dapat ditingkatkan.
               2.   Dengan strategi pembelajaran tutor sebaya, maka prestasi  belajar siswa kelas VIIIF SMP Negeri 34 Purworejo dapat ditingkatkan.
               2.   Dengan strategi pembelajaran tutor sebaya, maka kemampuan mengemukakan pendapat siswa kelas VIIIF SMP Negeri 34 Purworejo dapat ditingkatkan.

 

 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

               1. Tempat     : Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 34 Purworejo.
               2. Waktu      : Pada tanggal 17 Juli sampai dengan 2 September 2012.

B.  Subyek Penelitian

               Siswa kelas VIII F , dengan jumlah siswa   orang, terdiri dari  …. laki-laki dan …. perempuan.         

C.  Sumber Data

               Semua unsur yang ada di sekolah, mulai dari kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, karyawan, dan pesuruh sekolah.

D.  Teknik dan Alat Pengumpul Data

               1.   Teknik pengumpul data menggunakan teknik observasi partisipatif.
               2.   Alat pengumpul data berupa tes, lembar pengamatan dan angket.

E.  Validasi Data

               1.   Untuk mengukur tingkat motivasi belajar siswa digunakan lembar pengamatan yang berfungsi mengamati kegiatan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Juga digunakan angket yang harus diisi dan dijawab siswa, isinya mengenai kriteria siswa yang telah meningkat tingkat motivasi belajarnya.
               2.   Untuk mengukur tingkat prestasi siswa digunakan analisis daya serap terhadap tes yang diberikan.

F.   Analisis Data
               Menggunakan teknik analisis kualitatif. Data yang diperoleh baik lewat angket maupun tes dianalisa dengan teknik :
               1.   Untuk tingkat motivasi siswa dilakukan menggunakan skala Likert dengan lima kategori yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak pernah. Dengan 12 item angket motivasi maka didapatkan skor maksimal 60 dan skor minimal 12.Pengelompokan dilakukan dengan cara hasil maksimal dikurangi hasil minimal dibagi lima, hasilnya digunakan sebagai batas interval. Akhirnya didapatkan pengelompokan sebagai berikut :
                                    a. 52 – 60                    : berminat sekali
                                    b. 42 – 51                    : berminat
                                    c. 32  - 41                    : cukup berminat
                                    d. 22 – 31                    : kurang berminat
                                    e. 12 – 21                    : kurang  berminat sekali
               2.   Untuk tingkat prestai siswa digunakan analisa daya serap hasil ulangan siswa.

G.  Indikator Kinerja
               Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah bila tingkat motivasi belajar siswa untuk yang berminat sekali dan berminat mencapai persentase 85 %, sedangkan untuk prestasi belajar siswa mencapai daya serap 70 %.

H.  Prosedur Penelitian
               Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah :
               1.   Perencanaan.
                     a.   Membuat rencana skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya.
                     b.   Membuat lembar observasi untuk mengamati bagaimana kondisi pembelajaran dengan tutor sebaya.
                     c.   Membuat soal tes untuk tes awal dan akhir.
                     d.   Membuat angket.
               2.   Pelaksanaan Tindakan
                     a.   Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran tutor sebaya.
                     b.   Melaksanakan tes awal.
               3.   Pengamatan
                                    Melakukan tindakan pengamatan dengan menggunakan lembar observasi terhadap  aktivitas belajar siswa, aktivitas tutor sebaya, pemberian angket dan melaksanakan tes akhir.
              
              
               4.   Refleksi
                                    Hasil yang didapatkan tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa. Berdasarkan analisa ini, maka dapat diketahui tingkat motivasi dan prestasi siswa. Hasil analisa ini juga akan menjadi acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.  Deskripsi Kondisi Awal
               Berdasarkan hasil pengamatan dan instropeksi penulis, motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas VIIIF  tahun pelajaran 2012/2013 masih kurang. . Hal ini dapat dilihat dan dirasakan pada waktu proses belajar mengajar. Siswa kurang ada kemauan untuk bertanya, sebaliknya jika diberi pertanyaan siswa tidak dapat menjawab. Jika diberi pekerjaan rumah banyak siswa yang tidak mengerjakan, banyak siswa yang acuh tak acuh ketika guru mengajar melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
               Salah satu faktor kurangnya motivasi belajar siswa terhadap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah kurangnya kreatifitas guru dalam menggunakan metode pembelajaran. Metode yang sering digunakan adalah metode ceramah . Memang dengan metode ceramah proses pembelajaran menjadi cepat, murah juga mudah bagi guru. Namun pembelajaran hanya berlangsung dalam satu arah, guru berceramah siswa mendengarkan. Siswa menjadi jemu dan motivasi siswa untuk belajar menjadi berkurang.
               Untuk mengetahui kondisi awal motivasi dan prestasi belajar PKn dilakukan pre test dan angket motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil angket motivasi belajar diketahui bahwa dari 39 siswa kelas VIIIF dapat dikelompokkan menjadi : (a) 12 orang siswa berminat sekali (30,77%), (b) 15 orang siswa berminat (38,46 %), (c) 6 orang cukup berminat,  (15,38 %) , (d) 6 orang kurang berminat (15,38 %), (e) 0 orang kurang berminat sekali (0 %) terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaan. Sedangkan untuk pre test hasil rata-rata nilai siswa hanya mencapai 5,74.
               Dari hasil angket dapat diketahui bahwa motivasi dan prestasi belajar  Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah. Untuk itu penulis mencoba mengatasi masalah itu dengan menggunakan metode tutor sebaya. Metode tutor sebaya yang penulis lakukan adalah dengan cara kelas dibagi menjadi kelompok-kelompok kemudian setiap kelompok ditunjuk siswa untuk menjadi tutor sebaya.

B.  Deskripsi Siklus I
      1.   Perencanaan Tindakan
                     Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar menggunakan metode tutor sebaya memang agak berbeda dengan metode belajar lainnya. Perencanaan yang kami lakukan pada siklus I ini adalah:
            a) Melakukan obeservasi dasar.
                           Observasi dasar dilakukan kepada siswa kelas VIIIF dalam kondisi siswa mengikuti pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dilaksanakan selama satu kali pertemuan yaitu minggu ketiga bulan Juli 2006. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 jam pelajaran ( 2 X 40 menit). Tujuan observasi dasar adalah untuk mengetahui seberapa besar motivasi siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, mengetahui bagaimana pengaruh metode tutor sebaya terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk menentukan apakah dengan metode tutor sebaya siswa dapat meningkat prestasi belajarnya.
            b)   Memilih tutor sebaya
                           Sebelum melaksanakan metode tutor sebaya maka guru perlu memilih tutor sebaya yang berasal dari kelas itu sendiri. Pada siklus I ini yang menjadi tutor sebaya dipilih sendiri oleh siswa setelah sebelumnya mendapatkan pengarahan dari guru mata pelajaran. Dalam pemilihan tutor sebaya setidaknya ada beberapa kemampuan yang harus dikuasai oleh tutor sebaya antara lain , Pertama, kemampuan untuk menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh kepada siswa lainnya yang mempunyai masalah dengan materi pelajaran, Kedua  kemampuan menjelaskan masalah yang dihadapi temannya sekaligus mencari pemecahan masalahnya, ketiga kemampuan bertanya yang tidak berkesan instruksi, agar siswa lain merasa dihargai, keempat kemampuan untuk mencari berbagai alternatif untuk memecahkan masalah, kelima kemampuan menjalin hubungan yang baik dengan teman sebaya maupun dengan guru mata pelajaran.
            c)   Latihan melaksanakan tindakan
                           Dalam latihan pelaksanaan tindakan ini sebagi pelaksananya adalah guru dengan menggunakan sistem klasikal. Materi pelatihan berupa pelaksanaan metode tutor sebaya yang telah disiapkan oleh guru. Tujuan pelatihan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kesiapan guru dan siswa untuk menerapkan metode ini dengan benar.
      2.   Melaksanakan Tindakan    
                           Pelaksanaan tindakan kelas ini, sebagai pelaksananya adalah guru. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya mampu meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
            Siklus pertama dilakukan selama 3 kali pertemuan (6 jam pelajaran), materi yang diajarkan yaitu Standar Kompetensi “ Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila” dengan kompetensi dasar yaitu (1) Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, (2) Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, (3) Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
                           Pada waktu pelaksanaan tindakan ini, guru sekaligus melakukan observasi dengan tujuan (1) mengamati kondisi dan reaksi siswa terhadap metode tutor sebaya, (2) mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
                           Satu minggu sebelum masuk pada materi pelajaran yang akan diajarkan guru telah menugaskan dua hal : (1) membaca materi pelajaran yang akan diajarkan, (2) membagi siswa menjadi beberapa kelompok belajar. Tiap kelompok ada ketuanya sekaligus sebagai tutor sebaya, sekretaris yang bertugas untuk menyampaikan pelaporan , dan anggota.
                           Nilai yang diperoleh dari penelitian tindakan siklus pertama adalah nilai tugas tiap pertemuan (masing-masing siklus 2 kali penilaian)  dan nilai  akhir tiap siklus (satu kali penilaian). Sehingga masing-masing siklus mendapatkan tiga kali penilaian. Jadi selama tiga kali siklus penelitian guru memperoleh 9 nilai dengan perincian 6 kali nilai harian (tiap tatap muka) dan 3 kali nilai evaluasi siklus.
                           Dari nilai tiap-tiap akhir siklus itulah dilihat kenaikannya. Apakah nilai siklus kedua lebih baik daripada siklus pertama. Nilai siklus ketiga dibandingkan juga dengan nilai pada siklus kedua, sehingga tampak perubahannya apakah naik atau menurun.

      a)   Materi Pelajaran yang diajarkan pada siklus I
                           Setiap pertemuan, sebelum  menyampaikan materi pelajaran guru memberi apersepsi berupa pertanyaan maupun cerita tentang materi yang lalu untuk mengingat, dan materi yang akan diberikan untuk mengetahui kesiapan siswa.
      1) Perlunya Ideologi bagi Suatu Bangsa (pertemuan pertama)
                           Menurut Ensiklopedia Wikipedia ideologi adalah sekumpulan gagasan. De Tracy mengartikan ideologi sebagai ilmu tentang gagasan-gagasan yang mampu menunjukkan jalan yang benar menuju masa depan. Dari pengertian tersebut kemudian ideologi diartikan sebagai sekumpulan gagasan atau pandangan hidup mengenai bagaimana sebuah masyarakat diatur atau ditata demi mencapai tujuannya. Unsur-unsur pengertian ideologi adalah :
                           (a) Adanya sekumpulan gagasan
                           (b) Gagasan itu tersusun secara sistematis
                           (c) Gagasan itu diyakini kebenarannya
                           (d) Diwujudkan di dalam kehidupan nyata
            Ideologi-Ideologi yang berkembang di dunia antara lain :
            (a)  Anarkisme, adalah pandangan atau gagasan yang melihat masyarakat bisa dan sudah seharusnya diubah tanpa aturan-aturan.
            (b)  Sosialisme adalah sebuah paham yang menekankan kepemilikan bersama atas alat-alat produksi (tanah, tenaga kerja, modal).
            (c)  Kapitalisme adalah suatu sistem yang mengatur proses produksi barang dan jasa. Tiga ciri pokok kapitalisme yaitu (a)sebagian besar kekayaan dimiliki oleh individu, (b) Barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas yang penuh persaingan, (c) modal (baik uang maupun berbagai bentuk kekayaan lain) diinvestasikan ke dalam berbagai usaha untuk menghasilkan laba atau keuntungan.
            (d) Liberalisme Klasik adalah sustu paham yang ingin membatasi kekuasaan politik dan menjunjung tinggi hak-hak individu.
            (e)  Liberalisme adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa keberadaan individu mendahului masyarakat, karena itu negara atau masyarakat harus menjamin bahwa individu bebas mengejar tujuan-tujuan pribadinya.
            (f)  Demokrasi Sosial adalah paham yang berkeyakinan bahwa peralihan menuju masyarakat sosialis dilakukan melalui cara-cara yang demokratis dan setahap demi setahap, bukan dengan cara revolusi.
                  Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke mana arah tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup atau ideologi. Ideologi berfungsi untuk memberikan pedoman dan arah bagi suatu bangsa dalam mengejar tujuan-tujuannya. Ideologi merasuki berbagai aspek kehidupan bangsa baik politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan.

      2)   Kedudukan dan Fungsi Pancasila bagi bangsa Indonesia.(pertemuan kedua)
            a)   Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, artinya Pancasila dapat mempersatukan kita, serta memberi petunjuk dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin dalam masyarakat yang beraneka ragam sifatnya.
            b)   Pancasila sebagai dasar negara artinya Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku di Indonesia.
            c)   Pancasila sebagai kepribadian bangsa artinya Pancasila memberi corak yang khas kepada bangsa Indonesia yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa yang lain. Pancasila dirumuskan dari nilai-nilai kehidupan rakyat kita, sejak zaman nenek moyang hingga sekarang ini, adalah sesuatu yang menyebabkan bangsa kita berbeda dengan bangsa lain.
            d)   Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia, artinya Pancasila telah disepakati oleh wakil-wakil rakyat Indonesia menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan yang kita junjung tinggi, bukan sekedar karena ia ditemukan kembali dari kandungan kepribadian dan cita-cita bangsa Indonesia yang terpendam sejak berabad-abad yang lalu, melainkan karena Pancasila telah mampu membuktikan kebenarannya setelah diuji oleh sejarah perjuangan bangsa.
      3)   Pancasila sebagai Ideologi nasional (pertemuan ketiga)
                           Pancasila sebagai ideologi nasional artinya Pancasila menyediakan seperangkat gagasan, prinsip, doktrin, ide teantang cita-cita bangsa yang mau dicapai dan cara mencapainya. Sebagai ideologi nasional Pancasila memiliki dimensi idealisme nasional yakni suatu hal yang harus dituju dalam kehidupan rakyat/bangsa Indonesia. Dengan demikian sebagai idealisme nasional  Pancasila berfungsi sebagai pendidik dan penuntun arah menuju terbentuknya manusia-manusia Indonesia yang Pancasilais, yaitu manusia-manusia yang dihayati oleh Pancasila, dijiwai oleh Pancasila dan bermoral Pancasila.
                           Suatu bangsa memerlukan ideologi tidak hanya untuk menghadapi tantangan dan perkembangan dalam negeri, juga untuk menghadapi tantangan dan perkembangan global. Untuk itu setiap ideologi harus memiliki tiga dimensi yaitu : (1) Dimensi realita, artinya nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup di dalam masyarakat, (2) dimensi idealisme yaitu dalam suatu ideologi perlu terkandung suatu cita-cita yang hendak dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (3) dimensi fleksibilitas artinya sewaktu-waktu suatu ideologi diubah dan diperbarui, yang memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran baru tentang ideologi tanpa menghilangkan hakikat yang terkandung di dalamnya.
           
      b) Evaluasi Putaran Pertama
               Untuk mengukur keberhasilan penguasaan materi pada siklus pertama digunakan alat ukur sebagai berikut. Soal evaluasi putaran pertama dapat dilihat pada lampiran . 
             
      3.   Melakukan Evaluasi dan Pengamatan
                        Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode tutor sebaya. Pengamatan meliputi motivasi siswa dan pemeran tutor sebaya dengan menggunakan lembar pengamatan dan juga angket yang harus diisi oleh siswa. Tujuan pengamatan pada siklus pertama adalah untuk mengetahui perubahan baik motivasi maupun prestasi siswa setelah digunakannya metode tutor sebaya.
                        Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada siklus I, terdapat perubahan yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan sebelum dilakukan penelitian. Hal ini bisa dilihat dari keaktifan siswa untuk membahas materi pelajaran dalam kelompoknya yang dipimpin oleh tutor sebaya. Demikian pula kemampuan dan kemauan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi untuk motivasi belajar dan prestasi siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2.
Tingkat Motivasi siswa pada siklus I
No
Tingkat Motivasi
Jumlah
Persentase
1.
2.
3.
4.
5.
Berminat sekali
Berminat
Cukup Berminat
Kurang Berminat
Kurang Berminat Sekali
15
20
4
-
-
38,46 %
51,28 %
10,26 %
0 %
0 %

Jumlah
39
100 %

         Sedangkan nilai rata-rata evaluasi pada siklus I adalah  69,87. Persentase hasil prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini.






Tabel 3

Persentase prestasi siswa pada siklus I

No
Nilai
Jumlah
Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
91 - 100
81 – 90
71 – 80
61 – 70
Kurang dari 61
-
4
8
25
2
0 %
10,26 %
20,51 %
64,10 %
5,13 %

Jumlah
39
100 %

                           Untuk lebih memberikan gambaran kondisi siswa mengikuti proses pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini :      
                                                                        Tabel 4
                        Persentase Kecenderungan Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya siklus I

No
Aspek
Indikator
Jumlah
Persentase
1
Minat
Lebih berminat
Biasa
Tidak berminat
35
4
-
89,74 %
10,26 %
2
Materi
Materi lebih mudah diingat
Tidak Mempengaruhi materi
Materi menjadi membingungkan
25
14
0
64,10 %
35,90 %
0 %
3
Keaktifan siswa dalam diskusi
Sangat aktif
Biasa-biasa saja
Nampak pasif menunggu perintah
20
10
9
51,28 %
25,64 %
23,08
      4.   Melakukan Refleksi

                           Refleksi pada siklus  I ini adalah hasil tanggapan dan pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode tutor sebaya. Penulis sangat memerlukan hal ini untuk perbaikan tindakan selanjutnya. Pada bagian ini yang dikemukakan adalah seberapa hasil perubahan yang telah diperoleh baik bagi siswa maupun pemeran tutor sebaya.
                           Pada akhir siklus I siswa diminta memberi komentar tentang pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menggunakan metode tutor sebaya. Dari komentar siswa dapat diketahui bahwa sebagaian besar siswa merasa senang dengan metode tutor sebaya dengan alasan :
                           a)   Menambah motivasi belajar.
                           b).  Dapat saling tukar pengetahuan dan pengalaman belajar dengan teman yang lain.
                           c)   Dapat menambah kerja sama dan sling menolong dengan teman lain.
                           d)   Menambah keakraban dan saling pengertian dengan siswa lain.
                           e)   Menimbulkan rasa percaya diri dan persaingan sehat dalam belajar.
                           f)   memacu semangat belajar mandiri
                           g)   Suasana belajar lebih menyenangkan.
                           Meskipun demikian ada beberapa siswa yang menyatakan tidak senang dengan alasan :
                           a)   Ada anggota kelompok yang tidak belajar dengan serius, hanya bermain-main dengan temannya.
                           b)   Ada beban tanggung jawab yang lebih berat pada individu sedangkan yang bersangkutan tidak mempunyai kemampuan lebih.
                           c)   Ada anggota yang hanya mementingkan dirinya sendiri.
                           d)   Ada ketua kelompok yang kurang cerdas dan tidak bertanggung jawab kepada kelompoknya.
                           Sedang untuk tutor sebaya,  siswa memberi komentar syarat-syarat untuk menjadi tutor sebaya adalah sebagai berikut :
                           a)   Mempunyai kemampuan lebih dalam menguasai materi pelajaran dibandingkan teman lainnya.
                           b)   Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
                           c)   Bersifat demokratis
                           d)   Kreatif
                           e)   Mempunyai jiwa kepemimpinan.
                           Permasalahan  yang muncul karena adanya beberapa siswa yang tidak senang dan kurang berminat  dengan metode tutor sebaya, kemudian dicari alternatif pemecahan. Alternatif itu kemudian dipakai untuk persiapan siklus II.


C.  Deskripsi Siklus II
      1.   Perencanaan Tindakan
                           Langkah-langkah kegiatan belajar mengajar menggunakan metode tutor sebaya pada siklus kedua ini hampir sama dengan siklus pertama hanya saja untuk tutor sebayanya diubah dengan menggunakan siswa yang mempunyai prestasi lebih baik daripada teman-temannya berdasarkan nilai dari ulangan yang dilakukan pada siklus pertama. Dan juga diambil dari siswa yang mempunyai tingkat kedisiplinan yang lebih baik daripada teman-temannya.
                           Pada siklus kedua ini kelompok siswa tetap, hanya tutor sebayanya yang diganti. Guru menyiapkan lembar pengamatan yang akan digunakan untuk mengamati motivasi belajar siswa baik siswa maupun tutor sebaya. Juga angket yang harus diisi siswa berkaitan dengan pemeran tutor sebaya.
     
      2.   Melaksanakan Tindakan    
                           Pelaksanaan tindakan kelas ini, sebagai pelaksananya adalah guru. Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan menggunakan sistem klasikal. Tujuan tindakan ini adalah untuk mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dengan tutor yang telah diganti siswa yang tingkat prestasi dan kedisiplinannya lebih daripada teman-temannya mampu meningkatkan motivasi dan prestasi siswa.
                           Pada waktu pelaksanaan tindakan ini, guru sekaligus melakukan observasi dengan tujuan sama pada pelaksanaan tindakan siklus pertama yaitu (1) mengamati kondisi dan reaksi siswa terhadap metode tutor sebaya, (2) mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, (3) mengetahui seberapa besar metode tutor sebaya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
      a)   Materi Pelajaran yang diajarkan pada siklus II
                           Setiap pertemuan, sebelum  menyampaikan materi pelajaran guru memberi apersepsi berupa pertanyaan maupun cerita tentang materi yang lalu untuk mengingat, dan materi yang akan diberikan untuk mengetahui kesiapan siswa.
      1) Latar Belakang Pancasila dijadikan sebagai Ideologi Bangsa (pertemuan I)
                           Sebagai Kelanjutan dari janji Jepang untuk memberi kemerdekaan kepada Indonesia maka pada tanggal 29 April 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia(BPUPKI) yang anggotanya sebanyak 62 orang. Ketuanya adalah Dr. Radjiman Widyodiningrat. Sidang I BPUPKI berlangsung tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945, dibuka oleh ketuanya Dr. Radjiman Widyodiningrat. Dalam sidang tersebut beliau meminta kepada segenap peserta untuk memikirkan dasar negara Indonesia merdeka.
                           Muncullah respon dari peserta sidang mengenai pemikiran dasar negara Indonesia merdeka. Mereka yang mengajukan konsep antara lain adalah Mr. Muhammad Yamin, Mr. Supomo, dan Ir. Sukarno. Pada tanggal 341 Mei 1945, mr. Muhammad Yamin mendapat kesempatan terlebih dahulu untuk mengajukan konsep dasar negara Indonesia merdeka. Beliau mengajukan konsep dasar negara sebagai berikut :
                           1.   Peri Kebangsaan
                           2.   Peri Kemanusiaan
                           3.   Peri Ketuhanan
                           4.   Peri Kerakyatan
                           5.   Kesejahteraan Rakyat
                           Sebagai kelengkapannya Mr. Muhammad Yamin juga menyampaikan konsep dasar negara secara tertulis yaitu :
                           1.   Ketuhanan yang Maha Esa
                           2.   Kebangsaan, persatuan Indonesia
                           3.   Rasa Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
                           4.   Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
                           5.   Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
                           Pada tanggal 31 Mei 1945 Mr. Supomo mendapat kesempatan untuk menyajikan konsep dasara negara Indonesia merdeka. Dalam pidatonya di depan sidang BPUPKI, beliau menyebutkan bahwa negara indonesia berdasarkan ciri-ciri dan prinsip-prinsip : “Negara hendaknya tidak menyatu dengan bagian yang terbesar dari rakyat, juga tidak dengan kelompok ekonomi terkuat, melainkan harus mengatasi semua golongan dan kelompok dan semua individu. Untuk menyatukan dengan seluruh lapisan dari masyarakat secara menyeluruh atau secara integral. Ini disebut paham atau ide integralistik.
                           Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya di depan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya beliau menyampaikan kata-kata antara lain : “ Kita hendaknya mendirikan suatu negara, semua buat semua, bukan buat satu golongan bangsawan , maupun golongan yang kaya.” Dalam kesempatan itu Ir. Sukarno mengusulkan dasar negara Indonesia merdeka sebagai berikut :
                           1. Kebangsaan Indonesia
                           2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
                           3. Mufakat atau demokrasi
                           4. Kesejahteraan sosial
                           5. Ketuhanan yang Maha Esa.
                           Atas saran dari seorang ahli bahasa, kelima asa tersebut diberi nama Pancasila. Sidang ditutup pada tanggal 1 Juni 1945. Sebelumnya sidang menetapkan sembilan orang yang akan bertugas untuk merumuskan pandangan-pandangan yang telah dikemukakan dalam sidang terutama menyangkut rumusan sila-sila Pancasila. Mereka disebut sebagai Panitia Sembilan. Kesembilan orang itu adalah :
                           1. Ir. Sukarno
                           2. Drs. Muhammad Hatta
                           3. Mr. A..Maramis
                           4. K..Wahid Hasyim
                           5. Abdul Kahar Muzakir
                           6. Abikusno Tjokrosujoso
                           7. Haji Agus Salim
                           8. Mr. Achmad Subardjo
                           9. Mr. Muhammad Yamin.
                           Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia sembilan berhasil merumuskan dokumen Piagam Jakarta (jakarta Charter), yakni preambule yang berisi asas dan tujuan negara Indonesia merdeka. Adapun rumusan Pancasila sebagai dasar negara yang tercantu dalam Piagam Jakarta adalah sebagai berikut :
                           1.   Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
                           2.   Kemanusiaan yang adil dan beradab
                           3.   Persatuan Indonesia
                           4.   Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
                           5.   Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
                           Akan tetapi kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945, perwakilan dari Indonesia timur yang mayoritas beragama Kristen menyatakan tidak bersedia bergabung dengan negara Republik Indonesia kecuali jika unsur “menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” pada Piagam Jakarta dihapuskan. Keinginan masyarakat wilayah timur Nusantara itu memaksa para perumus dasar negara kembali mengadakan musyawarah dalam rangka merumuskan kembali dasar ideologi dan konstitusi negara. Setelah melalui proses yang melelahkan akhirnya kelompok Islam bersedia untuk menghapus unsur-unsur Islam yang telah mereka rumuskan dalam Piagam Jakarta. Sebagi gantinya unsur “Ketuhanan “ dimasukkan ke dalam sila pertama dalam Pancasila. Dengan demikian , sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”
      2)   Upaya Mempertahankan Ideologi Pancasila
            Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan ideologi Pancasila  antara lain sebagai berikut :
               (a) Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila.
               (b)  Melaksanakan ideologi Pancasila secara konsisten.
               (c)  Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan perundangan nasional.
               (d) Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.
                           Kesadaran untuk mengamalkan Pancasila dapat tumbuh dan melekat pada diri dan menjadi sifat bangsa Indonesia, antara lain didorong oleh :
               (a)  Adanya kenyataan bahwa negara Indonesia berdiri karena perjuangan panjang dari seluruh rakyat Indonesia. Perjuangan itu sendiri merupakan pancaran jiwa dan watak bangsa yang sudah berabad-abad lamanya hidup dan berkembang menjadi nilai-nilai hidup.
               (b)  Bahwa penyelenggaraan kehidupan negara Indonesia didasarkan atas hukum dasar nasional, yaitu Pacasila. Pancasila mengandung suasana kebatinan dan cita-cita hukum, yang mewajibkan penyelenggara negara, pemimpin pemerintahan, seluruh rakyat untuk memiliki budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral rakyat yang luhur.
                           Beberapa jalur sebagi upaya untuk mempertahankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila antara lain :
               (a)  Pendidikan
                           Pendidikan memiliki peran penting untuk mempertahankan nilai-nilai Pancasila. Pendidikan meliputi pendidikan formal maupun pendidikan nonformal yang terlaksana dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.
                           Keluarga merupakan tempat pertama dan utama untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila. Keteladanan orangtua dalam keluarga sangat diperlukan agar nilai-nilai hidup yang sesuai dengan Pancasila juga menjadi nilai hidup putra-putri mereka.
                           Sekolah merupakan tempat di mana siswa untuk pertama kalinya bertemu dan berkenalan dengan sistem sosial dalam skala yang cukup luas. Selain diajari ilmu pengetahuan , sekolah juga mengajarkan sikap disiplin, saling menolong diantara sesama manusia, persaingan sehat, saling menghargai perbedaan,sikap bertanggung jawab dan bertenggang rasa. Jadi sekolah tidak hanya menjadi tempat untuk menimba ilmu tetapi juga untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
                           Manusia adalah makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Orang lain atau masyarakat sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian seseorang. Masyarakat yang baik akan menghasilkan pribadi-pribadi yang baik, demikian pula sebaliknya. Dengan mengajarkan nilai-nilai Pancasila , maka akan terbentuk masyarakat yang Pancasilais.
               (b) Media Massa
                           Media massa baik elektronik maupun cetak sangat berperan dalam mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Pers menyediakan mimbar untuk kelangsungan pergaulan dan dialog antara masyarakat dan pemerintah, dan antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam proses itu nilai-nilai Pancasila ikut disebarluaskan.
      2)      Evaluasi pada Siklus II
               Evaluasi ini dimaksudkan sebagai alat untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan siswa dalam menguasai materi yang telah diberikan . Soal evaluasi pada siklus II dapat dilihat pada lampiran.

     

      3.   Melakukan  Pengamatan
                           Pengamatan dilakukan oleh guru dan siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode tutor sebaya. Pengamatan meliputi motivasi siswa dan pemeran tutor sebaya yang telah diganti oleh siswa yang berprestasi dan tingkat kedisiplinan yang lebih dengan menggunakan lembar pengamatan dan juga angket yang harus diisi oleh siswa. Tujuan pengamatan pada siklus kedua adalah untuk mengetahui perubahan baik motivasi maupun prestasi siswa setelah digunakannya metode tutor sebaya.
                        Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada siklus II, terdapat perubahan yaitu motivasi belajar siswa lebih meningkat bila dibandingkan dengan siklus I. Hal ini bisa dilihat dari keaktifan siswa untuk membahas materi pelajaran dalam kelompoknya yang dipimpin oleh tutor sebaya. Anak lebih bergairah dalam belajar, dengan menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan ketika pelajaran akan dimulai. Demikian pula kemampuan dan kemauan siswa dalam menjawab pertanyaan dan mengajukan pertanyaan. Pemeran tutor sebaya yang dipilih dari siswa yang lebih berprestasi dan mempunyai tingkat kedisiplinan yang tinggi ternyata berpengaruh positif pada kelompok. Untuk lebih jelasnya hasil evaluasi untuk motivasi belajar pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini.
        



Tabel 5

Tingkat Motivasi siswa pada siklus II

No
Tingkat Motivasi
Jumlah
Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
Berminat sekali
Berminat
Cukup Berminat
Kurang Berminat
Kurang Berminat Sekali
20
19
-
-
-
51,28 %
48,72 %
0 %
0 %
0 %

Jumlah
39
100 %

         Sedangkan nilai rata-rata evaluasi pada siklus II adalah  75,26. Persentase hasil prestasi siswa dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini.
Tabel 6
Persentase prestasi siswa pada siklus II

No
Nilai
Jumlah
Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
91 - 100
81 - 90
71 - 80
61 - 70
Kurang dari 61
1
4
18
16
-
2,56 %
10,26 %
46,15 %
41,03 %
0 %

Jumlah
39
100 %

                                                                       
                                                                        Tabel 7
                        Persentase Kecenderungan Pendapat Siswa Terhadap Penggunaan Metode Tutor Sebaya

No
Aspek
Indikator
Jumlah
Persentase
1
Minat
Lebih berminat
Biasa
Tidak berminat
36
3
-
92,31 %
7,69 %
2
Materi
Materi lebih mudah diingat
Tidak Mempengaruhi materi
Materi menjadi membingungkan
33
6
0

84,62 %
15,38 %
0 %
3
Keaktifan siswa dalam diskusi
Sangat aktif
Biasa-biasa saja
Nampak pasif menunggu perintah
25
10
4
64,10 %
25,64 %
10,26 %
  
4.      Melakukan Refleksi

                           Refleksi pada Siklus II ini adalah hasil tanggapan dan pengamatan guru dan siswa pada kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode tutor sebaya. Penulis sangat memerlukan hal ini untuk mengetahui efektifitas metode tutor sebaya dalam kegiatan belajar mengajar.
                           Berdasarkan pengamatan guru yang juga berfungsi sebagai peneliti ternyata dengan menggunakan metode tutor sebaya siswa lebih berminat mengikuti proses pembelajaran.  Beberapa siswa yang pada siklus I, menyatakan tidak suka dan kurang berminat pada metode tutor sebaya, setelah tutornya diganti menjadi lebih berminat.
                           Dari tanggapan siswa juga diketahui bahwa sebagian besar siswa senang dengan metode tutor sebaya karena siswa lebih diberi kebebasan dalam mempelajari materi pelajaran dalam kelompoknya. Meskipun ada dua orang yang menyatakan tidak suka dengan alasan harus lebih bertanggung jawab dan merasa tidak mampu kalau diajak berdiskusi dengan teman-temannya.

D.  Hasil Penelitian dan Pembahasan
               Metode tutor sebaya merupaka salah satu dari bentuk pembelajaran kooperatif (Cooperatif learning). Pembelajaran kooperatif ini mengupayakan seorang peserta didik mampu mengajarkan materi pelajaran kepada peserta didik lain. Mengajar teman sebaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu, pada waktu yang bersamaan ia menjadi nara sumber bagi peserta didik lain. Pengorganisasian pembelajaran dicirikan siswa yang bekerja pada situasi pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya.
               Pembelajaran kooperatif menenkankan pembelajaran dalam kelompok kecil di mana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal dan meletakkan tanggung jawab individu sekaligus kelompok, sehingga  pada  siswa tumbuh dan berkembang  sikap dan perilaku saling ketergantungan secara positif. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja, dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguhuntuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
               Pada penelitian ini, dari siklus I dan siklus II yang tahap-tahapnya selalu dimulai dari perencanaan dan diakhiri dengan refleksi, ternyata metode tutor sebaya mampu meningkatkan motivasi dan prsetasi belajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada siklus I, dengan menunjuk tutor sebaya yang dipilih oleh siswa sendiri ternyata  masih mampu meningkatkan motivasi belajar siswa, walaupun ada siswa yang tidak suka dengan metode tutor sebaya. Alasan utama rasa tidak senang ini adalah (1) beban tangung jawab secara individu maupun kelompok karena merasa kurang mampu memahami materi pelajaran, (2) tidak senang dengan tutor sebaya karena kurang bertanggung jawab dan hanya mementingkan diri sendiri.
               Masalah adanya siswa yang merasa terbebani tanggung jawab terjadi karena dalam pembentukan kelompok memang berdasarkan latar belakang kemampuan siswa yang berbeda-beda. Bagi siswa yang kurang memahami materi metode ini dianggap membosankan bahkan mungkin menakutkan. Di sini sebetulnya peranan tutor sebaya diharpkan mampu berfungsi untuk dapat membimbing teman-temannya dalam memahami materi dan membantu menyelesaikan tugas.
               Sedangkan permasalahan kedua yaitu adanya siswa yang tidak senang dengan tutor sebaya pada siklus II terjadi karena ternyata pilihan siswa untuk tutor sebaya berdasarkan kedekatan hubungan dan simpati secara emosional. Hal ini sesuai dengan teori pembagian kelompok remaja yang disebut kelompok “Chums” (sahabat karib). Idealnya seorang tutor sebaya harus mampu berfungsi sebagai pemimpin yang menjadi penggerak perubahan teman-teman sebayanya.
               Pada siklus II, sebagai tindak lanjut hasil reflkesi siklus I, tutor sebaya diganti oleh siswa yang mempunyai prestasi lebih baik dan tingkat kedisiplinannya juga lebih baik daripada teman-temannya dalam satu kelmpok. Ternyata dengan perubahan tutor sebaya ini tingkat motivasi siswa lebih meningkat lagi. Demikian pula prestasi belajar siswa juga meningkat, rata-rata kelas menjadi 75,26   (daya serap 75,26 %).
               Peningkatan motivasi belajar siswa  pada penelitian ini ditunjukkan pada kategori siswa yang berminat sekali dari 38,46 % pada siklus I menjadi 51,28 % pada siklus II. Jika pada siklus I pada kategori cukup berminat terdapat 10,26 % pada siklus II sudah tidak ada lagi ( 0 % ). Sedangkan untuk siswa yang berminat turun dari 51,28 % pada siklus I menjadi 48,72 % pada siklus II. Hal ini karena sebagian siswa kategori berminat pada siklus I meningkat menjadi kategiori berminat sekali pada siklus II.
               Peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan pada kelompok nilai 71-80 dari 20,51 % pada siklus I menjadi 46,15 % pada siklus II. Penulis menggunakan nilai  kurang dari 61 pada kelompok terbawah karena nilai batas tuntas untuk Pendidikan Kewarganegaraan pada penelitian ini adalah 61. Jika pada siklus I terdapat 5,13 % siswa yang belum mencapai tuntas belajar maka pada siklus II seluruh siswa sudah mencapai batas tuntas belajar.
               Peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 8 dan tabel 9 di bawah ini :

Tabel 8
Tingkat Motivasi siswa pada siklus I dan siklus II
No
Tingkat Motivasi
Siklus I
Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
Berminat sekali
Berminat
Cukup Berminat
Kurang Berminat
Kurang Berminat Sekali
38,46 %
51,28 %
10,26 %
0 %
0 %
51,28 %
48,72 %
0 %
0 %
0 %


Tabel 9
Persentase prestasi siswa pada siklus I dan Siklus II

No
Nilai
Siklus I
Siklus II
1.
2.
3.
4.
5.
91 - 100
81 - 90
71 - 80
61 - 70
Kurang dari 61
0 %
10,26 %
20,51 %
64,10 %
5,13 %
2,56 %
10,26 %
46,15 %
41,03 %
0 %

Rata-rata
69,87
75,26 %

                           Namun demikian , berdasarkan pengamatan penulis ternyata metode tutor sebaya juga terdapat hambatan-hambatan yang perlu doperhatikan, antara lain :
               1.   Metode tutor sebaya membutuhkan persiapan guru yang cukup matang supaya kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan perencanaan.
               2.   Metode tutor sebaya membutuhkan waktu yang cukup banyak dan media yang cukup beragam.
               3.   Bagi siswa yang tidak memahami dan menguasai materi, akan terasa membosankan dan tersiksa.
               4.   Adanya siswa yang tidak dapat diterima menjadi anggota suatu kelompok atau kesulitan bersosialisasi.
               5.   Metode tutor sebaya membutuhkan aktifitas siswa yang banyak sehingga sering menimbulkan gangguan bagi kelas yang lain.
               Dari beberapa hambatan di atas, untuk dapat mengatasinya maka guru harus mempersiapkan diri baik pribadi, materi maupun media pembelajaran yang dibutuhkan. Guru juga harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa tentang langkah-langkah dalam pembelajaran baik untuk kelompok maupun individu. Siswa dilatih untuk hidup dalam kelompok yang membutuhkan sikap saling menghormati, menghargai dan menyayangi antarkelompok.
       

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.  Simpulan
               Dari hasil penelitian dan pembahasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
               1.   Motivasi merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan merupakan kunci utama dalam proses pembelajaran.
               2.   Metode tutor sebaya merupakan salah satu bentuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif (coopetariv learning), di mana setiap peserta didik diupayakan mampu mengajarkan materi pelajaran kepada peserta didik lain.
               3.   Dalam menentukan tutor sebaya perlu dipilih siswa yang memiliki kelebihan dibandingkan dengan teman-temannya, terutama dalam hal prestasi dan kedisiplinan.
               4.   Metode tutor sebaya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada penelitian ini ditunjukkan dengan peningkatan motivasi belajar dari siklus I kategori siswa yang berminat sekali 38,46 % menjadi 51,28 % pada siklus II
               5.    Metode tutor sebaya dapat meningkatkan   prestasi belajar siswa pada  mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pada penelitian ini ditunjukkan dengan peningkata rata-rata nilai siswa dari 69,87  pada siklus I menjadi 75,26 pada siklus II.
B.  Implikasi/Rekomendasi
                Mengingat manfaat metode tutor sebaya dalam meningkatkan motivasi maupun prestasi siswa maka penggunaan metode ini perlu ditindaklanjuti untuk mencapai kesempurnaan.
c.   Saran
               Metode tutor sebaya merupakan metode pembelajaran yang dapat mendorong siswa aktif, kreatif dalam suasana menyenangkan . Untuk itu disarankan :
               1.   Dalam proses pembelajaran perlu memperhatikan faktor efektifitas waktu dan media pembelajaran, agar penggunaan metode ini dapat mencapai sasarannya.
               2.   Guru perlu memperhatikan perbedaan individual terutama kemampuan  akademik dan siswa yang kurang mampu bersosialisasi agar mereka dapat berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar